Sejarah Syi'ah, Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Teologi Syi'ah
Oleh: Eva Dianidah
Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan sejarah timbulnya kaum syi’ah
1. Pengertian paham Syi’ah
Kata syi’ah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata Syaya’a. Syi’ah berarti orang yang berkumpul atas satu masalah. Menurut al-Azhary, Syi’ah berarti orang-orang yang sebagiannya mengikuti sebagian yang lain. Istilah Syi’ah yang berasal dari bahasa Arab ini merupakan bentuk tunggal dari kata Syi’i. Syi’ah adalah bentuk pendek dari kata bersejarah Syi’ah Ali yang artinya pengikut Ali.
Menurut para peneliti, Syi’ah sering dihadapkan dengan Al al-Sunah wa al-Jama’ah tidak dimasukkan ke dalam aliran ilmu kalam. Karena Syi’ah tidak sepenuhnya dapat dkategorikan sebagai aliran teologi, namun lebih merupakan aliran atau golongan dalam Islam yang memiliki pandangan bukan hanya dalam bidang teologi atau keagamaan, melainkan juga memiliki pandangan dalam bidang sosial, politik, hukum dan lainnya.
2. Sejarah timbulnya kaum Syi’ah
Yang dipandang sebagai asal mula dari aliran Syiah ini adalah datang dari skelompok orang yang memandang bahwa setelah wafatnya Nabi SAW yang paling utama menggantikannya ialah ahli bait atau kerabat Nabi sendiri, yaitu al-Abbas paman Nabi dan yang lebih utama ialah Ali anak paman Nabi SAW.
Syi’ah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan diadakannya tahkim antara kedua belah pihak. Menurut Harun Nasution, pada waktu perang tersebut tlah timbul tiga golongn politik, yaitu golongan Ali yang kemudian dikenal dengan nama Syi’ah, golongan yang keluar dari barisan Ali, yaitu kaum Khawarij, dan golongan Mu’awiyah.
Ahmad Amin menyebutkan ada dua sebab perpecahan mazhab yang menimbulkan munculnya paham Syi’ah, yaitu pertama adanya kelompok yang terlalu mengagungkan imam-imam mereka serta berani mengafirkan para penentangnya, sementara kelompok lainnya bersikap moderat, tidak mengultuskan Ali bin Abi Thalib dan imam-imam lainnya serta tidak sampai mengafirkan para penentangnya. Kedua yaitu perbedaan sesama mereka dalam menentukan imam-imam karena biasanya seorang imam wafat, sedangkan ia meninggalkan anak yang banyak. Hal ini terjadi pada hampir di setiap wafatnya imam mereka.
Dari sebab yang kedua khususnya, timbul golongan yang dinamakan Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah dua belas karena mereka mempunyai dua belas imam nyata dimulai dari Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin al-Mahdy al-Muntazar. Selain Syi’ah Imamiyh Itsana ‘Asyariyah, ada lagi Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat.
Selanjutnya Syi’ah Ghulat ini terpecah menjadi beberapa kelompok, menurut al-Syahrastani, terpecah menjadi sebelas kelompok. Mereka itu adalah sebagai berikut:
a. Al-Sabaiyah, pengikut Abdullah ibn saba,
b. Al-Kamaliyah, pengikut Abi kamil,
c. Al-‘Albaiyah, pengikut Alba’ ibn Zira’ al-Dusi,
d. Al-Mughiriyah, pengikut l-Mughriyah ibn Sa’ad al-Ajali, budak dari Khalid ibn Abdillah al-Qusari,
e. Al-Manshuriyah, pengikut Abi Manshur al-Ajali yang menasabkan diri kepada Ja’far Muhammad ibn Ali al-Baqir.
f. Al-Khaththabiyah, pengikut Abi al-Khuththab Muhammad ibn Abi Zainab al-Asadi al-Ajda’ yang menisbahkan diri kepada Abi Abdillah Ja’far ibn Muhammad al-Shadiq,
g. Al-Kayyaliyah, pengikut Ahmad ibn al-Kayyal,
h. Al-Hisyamiyyah, pengikut Hisyam ibn Hakam dan pengikut Hisyam ibn salim Salim al-Jawaliqi,
i. Al-Nu’maniyah, pengikut Muhammad ibn al-Nu’man Abi Ja’far al-Ahal yang disbut juga al-Syaithaniyah,
j. Al-Yunusiyah, pengikut Yunus ibn Abdu al-Rahman al-Qumi,
k. Al-Nushairiyah dan al-Ishaqiyah.
Dan masih terdapat kelompok ekstrem lainnya, seperti sekte-sekte Isma’iliyyah; Druziyyah, Zizariyyah, Musta’liyyah, dan Muqanna’ah yang beranggapan bahwa Ali itu adalah Tuhan-sekte ini disebut juga ghulat bathini.
Kelompok-kelompok Syi’ah ini merupakan hasil dari beberapa perpecahan, sebagaimana Sunni juga mengalami beberapa pergeseran mazhab. Diantara kelompok Syi’ah diatas, adapula varian Syi’ah yang lainnya, yaitu seperti Syi’ah Lima atau disebut Syi’ah Zaidiyyah, Sui’ah tujuh atau Syi’ah Ismailiyah, dan Syi’ah dua belas.
B. Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Teologi Syi’ah
Pendidikan keimanan dan aqidah perlu untuk ditanamkan kepada anak didik, yakni keyakinan bahwa Allah selalu menyertai manusia dan melindunginya selama manusia itu memelihara agama dengan baik. Kemudian meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi ini telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah SWT dengan qada qadar-Nya.
Ada sebuah hadis riwayat Al-Turmudzi yang membahas mengenai pelajaran keimanan kepada Allah SWT dan konsistensi dalam beragama. Adapun dalam pendidikan Islam faktor keimanan sangat penting ditanamkan kepada anak didik, misalnya mengajarkan bahwa Allah SWT Maha Melihat, Maha Mengawasi makhluk-Nya dimana saja berada, tidak ada seorang makhluk yang terlepas dari pengawasan Tuhan dan Allah Maha Penolong dan Mencukupi segala yang dibutuhkan manusia dan sebagainya.
Adpun pendidikan keimanan menurut kaum Syi’ah berdasarkan tiap kelompok/golongannya adalah sebagai berikut:
1. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah
Sebutan Itsna ‘Asyariyah yang berarti “dua belas” merupakan golongan yang percaya bahwa imam berjumlah dua belas orang dan imam terakhir adalah Muhammad Ibn Hasan Askari. Golongan ini adalah orang yang menganggap bahwa sebutan imam berbeda dengan sebutan khalifah. Para imam tetap menyandang gelar Imam, meskipun mereka bukan sebagai khalifah waktu itu. Seperti yang terjadi pada diri Ali yang dikatakan padanya bahwa imamah-nya berjalan selama 30 tahun dan khalifah-nya berjalan selama 4 tahun 9 bulan.
Adapun ajaran-ajaran Syi’ah Itsna ‘Asyariyah adalah sebagai berikut:
a. At-Tauhid
Menurut kaum Syi’ah ini mereka adalah golongan yang percaya dan mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu ada, Maha Esa, Tunggal, tempat bergantungnya segala makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun serupa dengan-Nya. Keyakinan itu tidak berbeda dengan kaum Muslimin pada umumnya. Mereka juga mempercayai adanya Tuhan. Syi’ah seperti halnya Mu’tazilah berpendapat bahwa al-Qur’an itu makhluk. Alasannya adalah bila al-Qur’an dikatakan qadim, hal itu akan menimbulkan ta’addud al-qudama’ seperti yang terjadi pada ajaran Nasrani ketika firman Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang qadim.
b. Al-‘Adl
Kaum Syi’ah ini memiliki keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan perbuatan zalim dan perbuatan buruk seperti berdusta dan memberikan beban yang tidak dapat dipikul oleh manusia. Menurut kaum Syi’ah ini, semua perbuatan yang dikerjakan Tuhan adala maksud dan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Konsep keadilan Tuhan yang dikemukakan Syi’ah ini nampaknya sejalan dengan pendapat Mu’tazilah yaitu Tuhan itu Adil, mengandung arti bahwa Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apa pun yang buruk. Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakan-Nya.
c. An-Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap keberadaan Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan kaum Muslimin. Menurut mereka, Allah mengutus sejumlah Nabi dan Rasul ke muka bumi untuk membimbing umat manusia.
d. Al-Imamah
Imamah dalam Syi’ah merupakan salah satu dari dasar yang terpenting dalam Islam bahkan dikelompokkan dalam salah satu rukun Islam. Loyalitas seseorang terhadap imamnya dapat menunjang keimanannya karena menurutmereka, imamah bukanlah jabatan yang dapat direkayasa oleh manusia tetapi sepenuhnya sebagai jabatan dari Allah seperti halnya kenabian.
Menurut kaum Syi’ah ini terdapat satu dalil yang membahas mengenai penentuan imam dan urutannya yang menurutnya berasal dari pesan atau wasiat langsung dari Allah SWT kepada Rasul-Nya. Pesan tentang siapa imam-imam yang akan menjadi penggantinya kelak setelah wafatnya dari mulai Ali bin Abi Thalib hingga hingga imam yang kedua belas, yaitu Muhammad bin Hasan al-Mahdy al-Muntazar murni. Adapun hadis yang berisi surat wasiat tersebut menurut penyusunnya diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah al-Anshary.
Imamah menurut teori Syi’ah mempunyai bentuk kerajaan dan turun temurun dari bapak ke anak seterusnya ke cucu dan demikian seterusnya. Dan pentingnya soal imamah dalam Syi’ah juga dibuktikan dengan kesepakatan kaum ini bahwa Ali benar-benar ditetapkan menjadi imam dengan nash yang jelas san menunjuk dirinya bukan dengan sindiran semata (Hasan; 1984).
Dari pandangan Syi’ah tentang imamah ini timbul ajaran-ajaran lain dalam akidah mereka yang timbull sebagai konsekuensi pandangan mereka tersebut yang dimaksudkan untuk menopang pendapat mereka, adapun pendapatnya itu adalah sebagai berikut:
1) ‘Ishmah
Kata Ishmah dalam bahasa Arab berarti terjaga. Yang dimaksud disini ialah terjaga dari perbuatan dosa besar dan kecil.
Menurut keyakinan mereka bahwa imam-imam mereka itu sebagaimana para Nabi adalah bersifat ma’shum dalam segala tindak-tanduknya dan tidak pernah berbuat dosa besar dan kecil serta tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat dan tidak boleh berbuat salah satuupun lupa.
2) Al-Mahdy
Al-Mahdy berarti orang yang diberikan petunjuk oleh Allah lalu ia mengambil petunjuk itu. Ini adalah makna etimologi yang ada pengaruh diny. Terkadang juga digunakan untuk sebutan sebagian orang (biasanya ahli bait) yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan kemuliaan yang besar dari Allah.
Makna diatas kemudian berubah menjadi hanya sebagai Imam yang dinanti yang akan datang dan akan mengisi bui dengan keadilan seperti halnya ia telah diliputi oleh kezaliman.
3) Raj’ah
Paham al-Mahdy erat hubungannya dengan paham ar-Raj’ah yaitu keyakinan orang-orang Syi’ah tentang akan datangnya imam mereka setelah gaib, untuk menegakkan keadilan, menghancurkan kezaliman dan membangun kembali kekuasaan mereka. Abdullah bin Saba mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW akan kembali pada zaman untuk menegakkan keadilan. Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh Abu Lu’lu, dia masih hidup bersembunyi dan akan kembali pada akhir zaman. Kepercayaan ini membuat orang-orang Syi’ah percaya bahwa imam-imam mereka belum mati, masih bersembunyi, dan akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, menghancurkan kezaliman.
4) Taqiyyah
Taqiyyah berarti menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan yang diyakininya (yang terdapat dihati) untuk memelihara jiwa, kehormatan dan harta benda yang dimilikinya dari musuh-musuhnya.
Menurut golongan Syi’ah Taqiyyah itu merupakan program rahasia. Apabila seorang imam akan keluar dari khalifah untuk mengadakan pemberontakan terhadapnya, maka menjadikan taqiyyah itu sebagai strategi yang harus dirahasiakan. Mereka pura-pura taat sehingga sampai pada saat yang mungkin untuk melaksanakan rencananya. Apabila takut kepada orang-orang kafir atau penguasa, maka mereka pura-pura menunjukkan persetujuan.
2. Syi’ah Zaidiyah
Sebagaimana Imamiyah dan Isma’iliyyah, al-Zaidiyah bependapat bahwa imamah adalah haknya keturunan ‘Ali dari Fatimah dan tidak boleh diberikan kepada lainnya. Tetapi dalam hal bagaimana hak tersebut diperoleh, apakah melalui penentuan secara turun temurun atau bukan, al-Zaidiyah mempunyai pandangan tersendiri. Dalam doktrin mereka disebutkan bahwa siapa saja dari keturunan Fatimah memiliki peluang yang sama dalammasalah imamah asal memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, yaitu bahwa seorang imam adalah orang yangn berpengetahuan (‘alim), berani, dermawan, dan menuntut haknya dengan memberontak secara tetrbuka (khuruj).
Al-Zaidiyah terbagi menjadi beberapa subsekte, tiga diantanya yang terpenting. Antara mereka terdapat perbedaan paham dalam masalah imamah, ditinjau dari segi-segi tertentu. Akan tetapi mereka bersepakat atas imamah Zaid ibn ‘Ali, yang karenanya mereka termasuk dalam sekte al-Zaidiyah. Ketiga subseke tersebut adalah al-Jarudiyah, al-Sulaimaniyyah, dan al-Batriyyah atau Shalihiyyah.
Paham lainnya dari kaum Syi’ah al-Zaidiyah akan dijelaskan sebagai berikut yang merupakan pandangan secara umum sebagai karakteristik mereka dibandingkan dengan sekte-sekte atau aliran lainnya.
a. Zat dan Sifat Tuhan
Menurut mereka, zat Tuhan adalah sesuatu (syai’) yang tidak serupa dengan atau diserupai oleh sesuatu-sesuatu yang lainnya. Tuhan mengetahui dengan ‘ilmu’ yang bukan zat-Nya dan bukan pula bukan zat-Nya; dan bahwa ilmu-Nya adalah sesuatu. Demikian juga pandangan mereka tentang sifat-sifat yang lain.
b. Perbuatan Manusia
Sebagian mereka berpegang keyakinan bahwa perbuatan manusia adalah diciptakan dan diadakan oleh Tuhan sesudah sebelumnya tidak ada. Sementara yang lain berpendapat bahwa perbuatan tersebut adalah kasb manusia. Dialah yang mewujudkan dan melakukan perbuatan itu.
c. Iman dan Kufur
Mayoran al-Zaidiyah brpaham bahwa iman adalah mengetahui, mengaku, dan menghindarkan apa yang diancam Tuhan. Berbuat sesuatu yang dikenai ancaman Tuhan merupakan kekufuran, yaitu kufr ni’mah.
d. Pelaku Dosa Besar
Al-Zaidiyah bersepakat bahwa semua pelaku dosa besar disiksa dalam neraka selama-lamanya. Mereka dalam masalah ini sependapat dengan Mu’tazilah dan Khawarij. Pandangan ini banyak dianut oleh kaum Muslim pertama yang masih memiliki ghirah yang kuat terhadap ajaran yang dibawa Islam.
3. Syi’ah Ghulat
Syi’ah al-Ghaliyah atau Ashab al-Ghulat, golongan Syi’ah yang ajaran-ajarannya telah melampaui batas (extrem). Mereka ada yang berpendapat bahwa imam-imam merka mempunyai unsur-unsur Ketuhanan. Adapula yang menyerupai Tuhan dengan makhluk-makhluk-Nya. Kepercayaan tersebut adalah pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan inkarnasi, reinkarnasi, ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen. Agama Yahudi menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya sedangkan agama Kristen menyerupakan makhluk dengan Tuhannya.
Diantara aliran-aliran al-Ghaliyah yang keterlaluan adalah As-Sabaiyah, Al-‘Alba’iyah dan al-Khatthaniyah. Aliran As-Saba’iyah adlah pengikut Abdullah bin Saba’. Orang yahudi dari Persia yang pura-pura masuk Islam. Aliran Al-Khatthabiyah adalah pengikut Abil Khattab Muhammad bin Abi Zainab Bani Asad. Sebelum meninggal, diganti Mu’ammar, mempunyai ajaran-ajaran yang berlebih-lebihan, yaitu “Mereka beranggapan bahwa dunia ituu tidak akan rusak. Sesungguhnya surga adalah keadaan manusia yang mendapatkan kebaikan, kenikmatan, dan kesehatan. Dan sesungguhhnya neraka adalah keadaan yang manusia yang mendapatkan keburukan, kesulitan dan bencana. Mereka menghalalkan khamr, zina, dan semua hal yang diharamkan. Mereka selalu meninggalkan shalat dan fardhu-fardhu lainnya.”
Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang diinterpretasikan menurut pemahaman Syi’ah, antara lain:
a. Imam adalah tanda-tanda Tuhan atau ayat Allah dalam QS. an-Nuur [24]; 29 (Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkariayat-ayat Kami kecuali orang zalim), QS. al-A’raaf [7]: 9, QS. al-Hajj [101]: 22, QS. Shad [38]: 29.
b. Para imam itu adalah jalan yang lurus dalam QS. al-Fatihah [1]: 6 (tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).
c. Sinar itu ada di dalam diri Imam dalam QS. at-Taghabun [64]: 8, (maka beimanah kamu kepada Allah dan Rasul-nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
d. Ayat tujuh daalam surat Ali Imran diinterpretasikan bahwa mereka yang memilki pengetahuan yang mendalam itu adalah para family Nabi Muhammad,diantaranya ialah para Imam.
Adapun ajaran-ajaran yang dianut oleh masing-masing kelompok Syi’ah Ghulat adalah sebagai berikut:
1. Kelompok al-Sabaiyah. Kelompok ini menganut kepercayaan bahwa,
a. Ali masih hidup.
b. Dalam diri Ali terdapat unsur Keetuhanan.
c. Ia datang dalam awam, petir adalah suaranya dan kilat adalah senyumnya.
d. Dia akan datang ke bumi sebelum kiamat.
e. Unsur Ketuhanan senantiasa berinkarnasi pada imam-imam setelah Ali.
2. Kelompok al-Kamaliyah
Kelompok ini mengafirkan semua sahabat selain Ali. Dan mereka membai’ah Ali sebagai khalifah. Menurut mereka, imamah adalah cahaya yang menjadi nubuwwah pada seseorang yang kemudian menjadi imamah. Selanjutnya imamah menjelma menjadi nubuwwah.
3. Kelompok al-Nu’maniyah
Kelompok ini menganut ajaran sama dengan yang diajarkan oleh Hisyam ibn Hakam, mengajarkan Tugas adalah sama dengan jasmaniah apapun dan Ali adalah tuhan. Dan masih banyak kelompok lainnya sesuai dengan ajaran-ajaran dan pemikiran yang dianutnya.
4. Kelompok al-Yunusiyah
Kelompok ini mengajarkan bahwa para malaikat itu membawa Tuhan. Menurut pemimpinnya, Yunus ibn Abdul al-Rahman al-Qaim, bahwa prnah diriwayatkan bahwa malaikat kadang-kadang bersuara dari kebesaran Allah ta’ala di atas arsy.
5. Kelompok al-Hisyamiyah
Salah seorang pemimpinnya, Hisyam ibn Salim mengajarkan bahwa:
a. Tuhan itu seperti manusia
b. Atas-Nya dan bawah-Nya tertutup
c. Cahaya yang terang dan mempunyai indra
Pemimpin lainnya yaitu Hisyam ibn Hakam mengajarkn bahwa:
a. Allahitu mengetahui dengan sendirinya
b. Engetahui segala sesuatu setelah keadaannya terwujud
c. Dia adalah sifat yang tidak tersirat
d. Sama dengan jasmani apapun
e. Ali adalah Tuhan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syi’ah berarti orang-orang yang sebagiannya mengikuti sebagian yang lain. Syi’ah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan diadakannya tahkim antara kedua belah pihak. Menurut Harun Nasution, pada waktu perang tersebut tlah timbul tiga golongn politik, yaitu golongan Ali yang kemudian dikenal dengan nama Syi’ah, golongan yang keluar dari barisan Ali, yaitu kaum Khawarij, dan golongan Mu’awiyah.
Adapun golongan Syi’ah yaitu Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah dua belas karena mereka mempunyai dua belas imam nyata dimulai dari Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin al-Mahdy al-Muntazar. Selain Syi’ah Imamiyh Itsana ‘Asyariyah, ada lagi Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat.
B. Kritik dan Saran
Syukur Alhamdulillah, atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan mengharap ridha Allah SWT, semoga banyak orang yang dapat meraih manfaat dalam mengkaji dan mengamalkan ajaran-ajaran dari perintah Allah SWT yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia.
Setiap kebenaran pasti ada kesalahan. Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan. Saya sebagai penyusun makalah meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kesalahan dan ketidakjelasan, sehingga membuat para pembaca tidak memahaminya. Oleh karena itu saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang akan dijadikan acuan dan pembelajaran dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.J. Wensinck, The Muslim Creed Its Genesis and Historical Development, (London: Frank Cass & Co., 1965
al-Ifriqy, Ibn Manzur. Lisan al’Arab. Beirut. Dar Shadir, tt., Vol. 8, hlm. 188 dalam Ris’an Rusli. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2005.
al-Kuliny, Abu Ja’far Muhammad bin Ya’kub bin Ishak. Al-Ushul min al-Kafy. Taheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. 1388.
Al-Qummi, Tafsir, ibnu Babuya, Ma’ani al-Akbar, dan al-Ayyashi, Tafsir,
Amin, Ahmad. Dluha al-Islam. Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah.
Amin, Ahmad. Fajr al-Islam. Kairo: al-Nahdlah. 1965.
al-Naubakhty, Hasan Ibn Musa. Firaq al-Syi’ah. Beirut: Dar al-Adlwa’. 1984.
Al-Syahrastani. al-Milal wa al-Nihal. Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi. 1967.
A. Nasir, Sahilun. Pemikiran Kalam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2012.
Burhanuddin, Nunu. Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan. Jakarta: Kencana. 2016.
Hodgson, M.G.S. “Ghulat”. The Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J. Brill. 1965. II. hlm. 1094 dalam Ris’an Rusli. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2005.
Gholib, Achmad. Teologi dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi; Hadis-hadis pendidikan. Jakarta: Kencana. 2012.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I. Jakarta: UI Press. 1984.
Nata, Abuddin.Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana. 2011.
Rusli, Ris’an. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2015.
Shubhy, Ahmad Mahmud. Nazariyyah al-Imamah Lada al-Syi’ah al Itsna ‘Asyariyyah. Kairo: Dar al-Ma’arif. 1969.
0 komentar:
Posting Komentar