KARAKTERISTIK DAN PRINSIP-PRINSIP AJARAN ISLAM
A. Karakteristik
Ajaran Islam
Dalam
memahami Islam secara utuh memang tidak dapat hanya dengan mengandalkan satu pendekatan.
Dalam memahami Islam bukan hanya dari sudut tafsir Al-Qur’an, tanpa
mempertimbangkan hal-hal yang lain, maka keIslamannya dianggap parsial. Demikian
pula dalam mengamalkan Islam bila hanya dari hukum fiqih semata, juga tidak
akan utuh.[1]
1. Pengertian Karakteristik
Menurut John M. Echols dan Hasan
Shadily dalam bukunya yang berjudul Kamus Inggris Indonesia, pengertian karakteristik itu berasal
dari bahasa Inggris “character”, yang
berarti watak, karakter, dan sifat. Kemudian kata ini menjadi characteristic yang memiliki arti
sebagai sifat khas, yang membedakan antara satu dan lainnya.[2]
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengertian dari karakteristik ajaran Islam adalah sifat, watak dan keadaan yang
melekat pada ajaran Islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan dirasakan
manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran Islam tersebut.[3]
2. Macam-Macam Karakteristik Ajaran Islam
a. Dengan
menggunakan berbagai pendekatan, baik secara normatif, psikologis, historis,
filosofis, sosiologis, politik, ekonomis dan berbagai bidang disiplin ilmu
lainnya, karakteristik ajaran Islam adalah sebagai berikut:
1). Komprehensif (Luas dan Menyeluruh)
Karakteristik ajaran Islam yang bersifat komprehensif (al-syumuliah) adalah ajaran yang
mencakup secara keseluruhan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dan
menyempurnakan serta melengkapi ajaran-ajaran agama samawi lainnya.[4]
2). Kritis
Karakteristik ajaran Islam bersifat kritis, artinya Islam
adalah ajaran yang memiliki ciri khas yang lebih sempurna dibanding dengan
agama-agama samawi yang terdahulu. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits,
menuntun kita untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan yang telah dilakukan
oleh para penganut agama terdahulu.
3). Humanis
Karakteristik ajaran Islam secara humanisme dapat
dijelaskan berdasarkan dengan tujuan yang sesuai dengan visi dan misi Islam,
yaitu ajaran yang bukan hanya mementingkan kesejahteraan hidup di dunia maupun
di akhirat. Namun juga mementingkan kesejahteraan jasmani dan rohani, individual
dan sosial, lahir dan batin.
4). Militansi Moderat
Karakteristik ajaran Islam ini dapat dilihat dari segi sumbernya, bahwa
ajaran Islam bukan hanya berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah (normatif),
namun juga berpedoman pada pendapat para ulama (ulul al-amri), peninggalan sejarah, adat istiadat dan tradisi yang
relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.[5]
5). Dinamis
Islam adalah agama samawi yang diturunkan terakhir. Ia
menjadi pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.[6]
Maka dari itu ajaran Islam memiliki kompetensi tersendiri dalam mengatasi
masalah-masalah dalam perkembangan zaman ini.
6). Toleran
Ajaran Islam
membangun toleransi terhadap agama-agama serumpun, yakni agama samawi yang
pernah diturunkan Tuhan kepada para nabi sebelumnya.[7]
Islam dapat hidup bedampingan dan bersahabat dengan agama yang dibawa oleh para
nabi sebelumnya. Bahkan Islam pun bertoleransi terhadap orang-orang atheis
(tidak beragama).
7). Kosmopolit
Islam tidak memandang perbedaan bahasa, suku bangsa dan
tanah air. Islam mencakup seluruhnya, mempersatukan dan persaudaraan untuk
menganut agama Islam.
8). Responsif
Karakteristik ajaran Islam bersifat responsif artinya Islam dapat memecahkan berbagai
masalah dalam kehidupan masyarakat.
9). Progresif dan Inovatif
Ini berarti Islam memiliki program yang inovatif dalam
perkembangan zaman, dari yang klasik hingga di zaman modern saat ini. Misalnya
dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, kedokteran dan kemiliteran.
10). Rasional
Karakteristik
ajaran Islam bersifat rasional berarti bahwa Islam seluruhunya menggunakan akal
pikiran dalam segala perbuatan manusia untuk melaksanakan perintah-Nya dan
mengamalkan ajaran Islam.
b. Karakteristik ajaran Islam berdasarkan konsepsinya
dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah (kemanusiaan)
yang didalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan,
pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah
disiplin ilmu.
1).
Dalam Bidang Agama
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama bersifat
pluralisme dan universalisme. Pluralisme adalah suatu aturan, hukum Tuhan yang
tidak ada yang dapat menentang dan merubahnya. Sedangkan yang bersifat
universalisme berarti suatu ajaran dalam agama yang berupa perbuatan-perbuatan
yang musti dikerjakan, guna meraih keselamatan.
2). Dalam Bidang Ibadah
Karakteristik dalam bidang ibadah, ini berarti bahwa manusia secara harfiah berupaya
untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan amar ma’ruf nahi munkar. Dan segala ketentuan aturan dalam Islam
telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Diantara ibadah Islam, shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada
Tuhan. Didalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan, dan dialog
berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan.[8]
Islam tidak mengenal konsep diktomis tentang ibadah.
Ibadah dalam Islam meliputi semua segi kehidupan manusia, yang dibagi menjadi
dua, yakni ibadah mahdah dan ibadah ghair mahdah. Islam memandang ibadah
merupakan konsepsi Tauhid, sehigga ibadah harus merupakan realisasi dari
keTauhidan seseorang. Selain itu didalam Islam bersifat humanisme teosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya ditunjukkan
kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri.[9]
3). Dalam Bidang Akidah
Karakeristik dalam bidang akidah memiliki arti bahwa akidah Islam bersifat murni baik
dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang
wajib disembah hanya Allah SWT.[10]
Krakteristik
khusus Islam dalam bidang aqidah memiliki 3 pengertian, yaitu :
a. Aqidah
Islam adalah Aqidah Tauqifiyyah, artinya aqidah Islam dijelaskan secara
terperinci.
b. Aqidah
Islam adalah Aqidah Ghaibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
kepercayaan terhadap adanya yang ghaib, Allah, malaikat, dan hari akhir.
c. Aqidah
Islam adalah Aqidah Syumuliyyah, artinya didalam ajarannya terdapat integritas
antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal.[11]
4). Dalam Bidang Ilmu dan kebudayaan
Dalam bidang ilmu dan teknologi, Islam mengajarkan kepada
pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tertutup. Islam merupakan sebuah
paradigma terbuka, menjadi mata rantai yang
penting dalam peradaban dunia.[12]
Contoh peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia, misalnya
mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari China, sistem pemerintahan
dari Persia, logika yunani dan sebagainya.[13]
5). Dalam Bidang Pendidikan
Islam memiliki pedoman dan metode dalam pengajaran, yang
tujuannya jelas untuk manusia dalam mengembangkan kecerdasan ilmu pengetahuan.
6). Dalam Bidang Sosial
Sesuai dengan sifat manusia yang tidak bisa hidup
sendiri, maka Islam datang dengan karakternya yang bersifat sosial, berarti saling
membutuhkan satu sama lain, saling tolong-menolong.
7). Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ekonomi memiliki
arti bahwa kehidupan yang dijalankan harus seimbang, antara urusan dunia dan
akhirat. Kita menjalankan kehidupan di dunia ini untuk menggapai kehidupan
akhirat yang kekal abadi.
8). Dalam Bidang Kesehatan
Ajaran Islam dalam bidang kesehatan, lebih mengutamakan
pencegahan dalam mengatasi penyakit. Contohnya seperti berpuasa, dengan
berpuasa maka pencernaan manusia memiliki waktu untuk beristirahat sejenak
dalam proses mencerna makanan.
9). Dalam Bidang Politik
Islam sebagai Negara tentu mempunyai lembaga-lembaga
kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran, lembaga
kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini menggambarkan
aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.[14]
Berdasarkan
tulisan karya Prof. John Allen William, beliau berpendapat bahwa bercadar di
Mesir itu sebagai gejala politik dan sosial.[15]
Dan dalam kasus di Iran, wanita memakai cadar kadang-kadang warna hitam “warna
duka cita”. Sebagai bagian dari suatu gerakan yang mempunyai basis amat luas
untuk menentang suatu rejim yang dianggap sewenang-wenang dan penuh korupsi.[16]
10). Bidang Pekerjaan
Karakteristik
ajaran Islam dalam bidang pekerjaan sebenarnya mengungkapkan tentang pandangan
Islam terhadap kerja adalah sebagai ibadah kepada Allah SWT. Maka dari itu,
cara kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja
yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah swt. dan kerja itu dapat bermanfaat untuk orang lain.[17]
11). Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Yang dimaksud disiplin ilmu adalah ilmu keIslaman. Menurut peraturan Menteri
Agama RI tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keIslaman adalah al-Qur’an/Tafsir,
Hadits/Ilmu Hadist, ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fiqih), Sejarah
dan kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam.[18]
B. Prinsip-prinsip Ajaran Islam
1. Pengertian Prinsip
Kata prinsip dapat berarti dasar, asas, ataupun kebenaran
yang menjadi dasar orang untuk berpikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip
ajaran Islam juga digunakan sebagai sandaran dalam membangun sesuatu atau
sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori.
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam ajaran Islam tentunya bersumber kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ajaran Islam sebagai ajaran yang kuat, kokoh, dan
lengkap memiliki prinsip terhadap ayat-ayat Al-qur’an, Al-hadits, Al-Ra’yu, dan
fakta sejarah.
gggggggggg
2.
Prinsip-prinsip
yang terdapat dalam ajaran islam adalah sebagai berikut:
- Sesuai dengan fitrah manusia
Kata fitrah secara harfiyah berarti keadaan suci. Adapun
yag mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya
kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ahli, ternyata bukan hanya fitrah beragama saja melainkan
juga fitrah keingintahuan terhadap sesuatu, fitrah menyukai dan mencintai seni.
Dengan fitrah beragama manusia menjadi orang yang berTuhan dan berakhlak mulia,
dengan fitrah keingintahuan manusia menjadi orang yang berilmu pengetahuan, dan
dengan fitrah seni manusia menjadi halus dan menyukai yang indah.
b. Keseimbangan
Manusia
terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani. Jasmani berasal dari tanah atau
bumi yang melambangkan kerendahan, adapun rohani berasal dari Tuhan dan bahkan
ia merupakan unsur keTuhanan yang terdapat dalama diri manusia yang
melambangkan ketinggian. Hidup yang seimbang adalah hidup yang memperhatikan
kepentingan jasmani dan rohani, namun kekuatan rohani harus mengarahkan
kekuatan jasmani. Selain itu kehidupan yang seimbang juga berkaitan dengan
usaha manusia dalam mempersiapkan bekal untuk hidup di dunia dan di akhirat.[19]
Dunia yang ada ditangan seseorang harus digunakan dengan visi transedental,
yakni dunia tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan dan harus
digunakan dalam rangka meraih kebahagiaan hidup di akhirat.[20]
a.
- . Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat
Islam adalah agama akhir zaman, setelah itu tidak ada
lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifatnya yang demikian itu
maka, Islam berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang zaman.[21]
Walaupun sumber ajaran Islam itu Al-Qur’an dan al-Hadits, namun dalam pemahaman
dan implementasinya mengalami penyesuaian perbedaan yang disesuaikan dengan
keadaan perkembangan masyarakat. Namun demikian, perbedaan ini tidak sampai
mengubah teks Al-Qur’an dan Al-hadits serta menolak hal-hal yang bersifat qat’i
yakni, dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlakul karimah.[22]
d. Tidak
menyusahkan manusia
Ajaran Islam turun dalam rangka meningkatkan harkat dan
martabat, memberi rahmat, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada terang
benderang, dan dari kebiadaban menjadi beradab. Ajaran Islam juga memberikan
toleransi kepada umatnya dalam hal ibadah, shalat, puasa, dan makanan. Adanya
berbagai kemudahan atau dispensasi tersebut menunjukan bahwa Islam tidak
mempersulit manusia, jikalau itu terjadi maka hal ini bertentangan dengan visi,
misi, dan tujuan ajaran islam itu sendiri yakni untuk memelihara jiwa, agama,
akal, harta, dan keturunan.
e. Sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Islam adalah agama satu-satunya yang sejak kelahirannya
mewajibkan setiap orang untuk membaca,
karena dengan membaca kita akan mudah untuk mendapatkan informasi yang sedang
terjadi atau yang sedang membuming dizamannya, selain itu dengan membaca kita
akan mendapatkan ilmu, dengan ilmu manusia akan memperoleh kemudahan dan
kecepatan dalam mencapai tujuan agama tersebut. Ibnu Ruslan dalam kitab zubad halaman
68 mengatakan “ setiap orang yang
beramal tanpa ilmu pengetahuan, maka amalnya ditolak, tidak diterima.
- Berbasis pada penelitian
Penelitian merupakan pengembangan ilmu pengetahuan,
mengumpulkan fakta dan data untuk membuktikan keberadaan tentang sesuatu yang
disusun secara sistematis dalam buntuk teori. Ajaran Islam berbasis pada hal
tersebut serta sikap kehati-hatian dalam menentukan sebuah kebijakan, sehingga
kebijakan ini tidak hanya cukup didasarkan pada dugaan atau asumsi belaka, atau
bahkan karena ikut-ikutan pada orang lain tanpa mengetahui sebabnya[23].
- ' Berorientasi pada masa depan
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada penganutnya
agar masa depan keadaannya lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Dengan
berorientasi ke masa depan seseorang akan lebih kreatif, optimis, dan tidak
mengagung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutup kemalasan
dimasa sekarang. Kemudian seeorang akan berusaha meningkatkan mutu hasil
kerjanya, sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat.[24]
- . Kesederajatan
Prinsip ajaran Islam tentang kesederajatan ini penting
dilakukan selain mendatangkan manfaat juga akan menimbulkan sikap saling
menghormati, menghargai, akan menghilangkan praktek penjajahan dan beragai
tindakan kedzaliman manusia yang satu dengan yang lainnya, serta akan membangun
citra ajaran Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
- Keadilan
Dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan seseorang atas
orang lain yang didasarkan atas perasaan memberi kesempatan yang sama,
seimbang, profesional, sesuai dengan peran, tugas, tanggungjawab, dan prestasi
yang dicapainya.[25]
- Musyawarah
Dengan adanya musyawarah ini, maka berbagai gagasan dan
pikiran-pikiran dari berbagai pihak akan dapat ditampung, sehingga berbagai
kemungkinan terjadinya ketidakpuasan yang dapat menimbulkan unjuk rasa,
demontrasi, dan sebagainya dapat dihindari.[26]
- Persaudaraan
Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada
pandangan, walaupun manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun
mereka memiliki unsur persamaan dari segi asal usul, proses, kebutuhan hidup,
tempat kembali, dan nenek moyang. Hal tersebut merupakan dasar atau landasan
bagi terbangunnya konsep persaudaraan yang bersifat kemanusiaan.
- Keterbukaan
Suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau
ideologi dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya, namun dalam waktu yang
bersamaan ia mau menerima masukan dari
luar, serta menghargainya. Dengan kata lain, bahwa yang dimaksud keterbukaan
bukanlah sikap menerima semua yang berasal dari luar penelitian dan
penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari manapun
datangnya, dengan tetap waspada, hati-hati, dan menyesuaikannya dengan petunjuk
Al-Qur’an dan Al-Hadits.[27]
C.
Perbedaan Ajaran Islam dengan Agama yang Lain
Dalam agama lain di dunia terdapat
pemisahan antara ibadah dan muamalah, maka ibadah dalam Islam ibadah dan agama
dipadukan. Ibadah dalam agama lain misalnya hanya ditujukkan untuk mengabdi
kepada Tuhan, maka dalam Islam ibadah memiliki makna yang luas. Ibadah shalat
misalnya dihubungkan dengan keharusan menjauhi larangan-Nya yaitu perbuatan
keji dan munkar. Puasa dihubungkan dengan keharusan bertaqwa kepada Allah.[28]
Perbedaan ajaran
Islam dapat dilihat dari segi kepercayaan yaitu:
1. Orang
Islam adalah orang yang beriman kepada para Nabi dan kitab suci dari semua
bangsa.
2. Sedangkan
orang Yahudi hanya percaya kepada para Nabi bangsa Israel.
3. Orang
Kristen hanya percaya kepada Yesus Kristus, dan dalam kadar kecil, percaya
kepada para Nabi bangsa Israel.
4. Orang
Yahudi hanya percaya kepada para Nabi yang timbul dari India.
5. Orang
Budha hanya percaya kepada sang Budha.
6. Orang
Majusi hanya percaya kepada Zaraustra.
7. Orang Kong Hu Chu hanya percaya kepada Kong Hu Chu.
Agama Islam mempunyai masa dakwah yang relatif singkat.
Kenyataan ini akan berbeda jika dibandingkan dengan agama lain yang mempunyai
masa dakwah jauh lebih lama.[29]
Bagi Islam, dalam menghadapi transformasi masyarakat
modernnya, tidak perlu memodifikasikan Islam baru yang disekulerkan. Seperti
yang terdapat pada agama Kristen di Barat, dalam usaha menyesuaikan diri dengan
kekuatan-kekuatan arus pemikiran modernis
dan neomodernis. Islam juga tidak
perlu memistikan diri, seperti yang ada pada agama Hindu, dalam rangka
menyelamatkan kesakralan simbol-simbolnya. Yang menjadi persoalan sekarang
adalah sejauh mana tingkat kemampuan Islam dalam memahami ajaran agamanya, dan
sejauh mana keluasan mereka dalam memberikan ajaran teesebut?[30]
Dalam agama Kristen dijumpai pula
ajaran tentang berbuat baik yang bertolak pada pengendalian diri. Dalam kitab
perjanjian lama, kata-kata yang sering diulang-ulang oleh Yesus yaitu:
“Cintailah sesama manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri. Lakukanlah
terhadap orang lain apa yang ingin anda lakukanterhhadap diri anda sendiri.
Datanglah kepada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku akan
menyegarkan kamu.”[31]
Hubungan Islam dengan agama lain dapat
dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia didalamnya . Dalam agama Hindu
misalnya terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan, ini merupakan suatu
hal yang bersifat alamiah, fitrahnya manusia. Sama halnya dengan ajaran Budha, yang terdapat sejumlah ajaran etis
tentang larangan membunuh, mencuri, berdusta, memperturutkan hawa nafsu dan
meminum minuman yang memabukkan.
Posisi Islam
terhadap agama-agama yang lain dapat dilihat dari berbagai sisi:
1. Iman, artinya percaya kepada agama-agama
besar di dunia sebelum agama Islam.
2. Ciri khas yang mempunyai keudukan yang istimewa dintara agama-agama lain.
3. Peran yang dimainkannya.
4. Adanya unsur pembaharuan.
5. Adanya sifat yang dimiliki ajaran Islam,
yaitu okomodatif dan persuatif.
6. Ajaran moral atau akhlak yang mulia.
7. Konsep gender yang terdapat pada
masing-masing agama.
[28] Prof.
Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), ed. revisi. 10, hlm.
128.
DAFTAR RUJUKAN
Didin, Saefuddin Buchori. Metodologi
Studi Islam. Bogor: Granada Sarana Pustaka. 2005.
L. Esposito, John. Identitas Islam Pada Perubahan
Sosial-Politik. Jakarta:PT Bulan Bintang, 1986.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jilid I, Jakarta:
UI Press, 2013.
Nata,Abuddin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011.
. Metodologi Studi Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Supadie, Didiek Ahmad. Pengantar Studi Islam. Jakarta: : PT
RajaGrafindo Persada. 2011.
Thalhah, Hasan Muhammad. Islam dalam presfektif sosio kultural.
Jakarta: Lantabora Press. 1426 H/2005.
terima kasih, sangat membantu
BalasHapus