Senin, 25 April 2016

Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Ajaran Islam

Posted by Vadianyourlife on 01.36 with 1 comment
KARAKTERISTIK DAN PRINSIP-PRINSIP AJARAN ISLAM


A.    Karakteristik Ajaran Islam
Dalam memahami Islam secara utuh memang tidak dapat hanya dengan mengandalkan satu pendekatan. Dalam memahami Islam bukan hanya dari sudut tafsir Al-Qur’an, tanpa mempertimbangkan hal-hal yang lain, maka keIslamannya dianggap parsial. Demikian pula dalam mengamalkan Islam bila hanya dari hukum fiqih semata, juga tidak akan utuh.[1]
1.      Pengertian  Karakteristik
            Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily dalam bukunya yang berjudul Kamus Inggris Indonesia, pengertian karakteristik itu berasal dari bahasa Inggris “character”, yang berarti watak, karakter, dan sifat. Kemudian kata ini menjadi characteristic yang memiliki arti sebagai sifat khas, yang membedakan antara satu dan lainnya.[2] Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengertian dari karakteristik ajaran  Islam adalah sifat, watak dan keadaan yang melekat pada ajaran Islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran Islam tersebut.[3]
 
2.   Macam-Macam Karakteristik Ajaran Islam
      a.   Dengan menggunakan berbagai pendekatan, baik secara normatif, psikologis, historis, filosofis, sosiologis, politik, ekonomis dan berbagai bidang disiplin ilmu lainnya, karakteristik ajaran Islam adalah sebagai berikut:
      1). Komprehensif (Luas dan Menyeluruh)
            Karakteristik ajaran Islam yang bersifat komprehensif (al-syumuliah) adalah ajaran yang mencakup secara keseluruhan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dan menyempurnakan serta melengkapi ajaran-ajaran agama samawi lainnya.[4]
      2). Kritis
            Karakteristik ajaran Islam bersifat kritis, artinya Islam adalah ajaran yang memiliki ciri khas yang lebih sempurna dibanding dengan agama-agama samawi yang terdahulu. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits, menuntun kita untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan yang telah dilakukan oleh para penganut agama terdahulu.
3). Humanis
            Karakteristik ajaran Islam secara humanisme dapat dijelaskan berdasarkan dengan tujuan yang sesuai dengan visi dan misi Islam, yaitu ajaran yang bukan hanya mementingkan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat. Namun juga mementingkan kesejahteraan jasmani dan rohani, individual dan sosial, lahir dan batin.
4). Militansi Moderat
            Karakteristik ajaran Islam  ini dapat dilihat dari segi sumbernya, bahwa ajaran Islam bukan hanya berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah (normatif), namun juga berpedoman pada pendapat para ulama (ulul al-amri), peninggalan sejarah, adat istiadat dan tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.[5]
5). Dinamis
          Islam adalah agama samawi yang diturunkan terakhir. Ia menjadi pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.[6] Maka dari itu ajaran Islam memiliki kompetensi tersendiri dalam mengatasi masalah-masalah dalam perkembangan zaman ini.
6). Toleran
            Ajaran Islam membangun toleransi terhadap agama-agama serumpun, yakni agama samawi yang pernah diturunkan Tuhan kepada para nabi sebelumnya.[7] Islam dapat hidup bedampingan dan bersahabat dengan agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Bahkan Islam pun bertoleransi terhadap orang-orang atheis (tidak beragama).
7). Kosmopolit
            Islam tidak memandang perbedaan bahasa, suku bangsa dan tanah air. Islam mencakup seluruhnya, mempersatukan dan persaudaraan untuk menganut agama Islam.
8). Responsif
            Karakteristik ajaran Islam bersifat responsif artinya Islam dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. 
9). Progresif dan Inovatif
            Ini berarti Islam memiliki program yang inovatif dalam perkembangan zaman, dari yang klasik hingga di zaman modern saat ini. Misalnya dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, kedokteran dan kemiliteran.
10). Rasional
Karakteristik ajaran Islam bersifat rasional berarti bahwa Islam seluruhunya menggunakan akal pikiran dalam segala perbuatan manusia untuk melaksanakan perintah-Nya dan mengamalkan ajaran Islam.
b.   Karakteristik ajaran Islam berdasarkan konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah (kemanusiaan) yang didalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, pekerjaan, serta Islam sebagai  sebuah disiplin ilmu.
1). Dalam Bidang Agama
            Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama bersifat pluralisme dan universalisme. Pluralisme adalah suatu aturan, hukum Tuhan yang tidak ada yang dapat menentang dan merubahnya. Sedangkan yang bersifat universalisme berarti suatu ajaran dalam agama yang berupa perbuatan-perbuatan yang musti dikerjakan, guna meraih keselamatan.
2). Dalam Bidang Ibadah
            Karakteristik dalam bidang ibadah, ini  berarti bahwa manusia secara harfiah berupaya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan amar ma’ruf nahi munkar. Dan segala ketentuan aturan dalam Islam telah ditetapkan dalam  Al-Qur’an dan Hadits. Diantara ibadah Islam, shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Didalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan, dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan.[8]
            Islam tidak mengenal konsep diktomis tentang ibadah. Ibadah dalam Islam meliputi semua segi kehidupan manusia, yang dibagi menjadi dua, yakni ibadah mahdah dan ibadah ghair mahdah. Islam memandang ibadah merupakan konsepsi Tauhid, sehigga ibadah harus merupakan realisasi dari keTauhidan seseorang. Selain itu didalam Islam bersifat humanisme teosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya ditunjukkan kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri.[9]
3). Dalam Bidang Akidah
            Karakeristik dalam bidang akidah memiliki  arti bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah SWT.[10]
      Krakteristik khusus Islam dalam bidang aqidah memiliki 3 pengertian, yaitu :
a.       Aqidah Islam adalah Aqidah Tauqifiyyah, artinya aqidah Islam dijelaskan secara terperinci.
b.      Aqidah Islam adalah Aqidah Ghaibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya yang ghaib, Allah, malaikat, dan hari akhir.
c.       Aqidah Islam adalah Aqidah Syumuliyyah, artinya didalam ajarannya terdapat integritas antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal.[11]
4). Dalam Bidang Ilmu dan kebudayaan
            Dalam bidang ilmu dan teknologi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tertutup. Islam merupakan sebuah paradigma terbuka, menjadi mata rantai yang  penting dalam peradaban dunia.[12] Contoh peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia, misalnya mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari China, sistem pemerintahan dari Persia, logika yunani dan sebagainya.[13]
5). Dalam Bidang Pendidikan
            Islam memiliki pedoman dan metode dalam pengajaran, yang tujuannya jelas untuk manusia dalam mengembangkan kecerdasan ilmu pengetahuan.
6). Dalam Bidang Sosial
            Sesuai dengan sifat manusia yang tidak bisa hidup sendiri, maka Islam datang dengan karakternya yang bersifat sosial, berarti saling membutuhkan satu sama lain, saling tolong-menolong.
7). Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
            Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ekonomi memiliki arti bahwa kehidupan yang dijalankan harus seimbang, antara urusan dunia dan akhirat. Kita menjalankan kehidupan di dunia ini untuk menggapai kehidupan akhirat yang kekal abadi.
8). Dalam Bidang Kesehatan
            Ajaran Islam dalam bidang kesehatan, lebih mengutamakan pencegahan dalam mengatasi penyakit. Contohnya seperti berpuasa, dengan berpuasa maka pencernaan manusia memiliki waktu untuk beristirahat sejenak dalam proses mencerna makanan.
9). Dalam Bidang Politik
            Islam sebagai Negara tentu mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan lain, seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran, lembaga kepolisian, lembaga kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini menggambarkan aspek lembaga kemasyarakatan dalam Islam.[14]
Berdasarkan tulisan karya Prof. John Allen William, beliau berpendapat bahwa bercadar di Mesir itu sebagai gejala politik dan sosial.[15] Dan dalam kasus di Iran, wanita memakai cadar kadang-kadang warna hitam “warna duka cita”. Sebagai bagian dari suatu gerakan yang mempunyai basis amat luas untuk menentang suatu rejim yang dianggap sewenang-wenang dan penuh korupsi.[16]
10). Bidang Pekerjaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang pekerjaan sebenarnya mengungkapkan tentang pandangan Islam terhadap kerja adalah sebagai ibadah kepada Allah SWT. Maka dari itu, cara kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja  yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah swt. dan kerja  itu dapat bermanfaat untuk orang lain.[17]
11). Islam Sebagai Disiplin Ilmu
            Yang dimaksud disiplin ilmu adalah  ilmu keIslaman. Menurut peraturan Menteri Agama RI tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keIslaman adalah al-Qur’an/Tafsir, Hadits/Ilmu Hadist, ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fiqih), Sejarah dan kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam.[18]

B.  Prinsip-prinsip Ajaran Islam
      1.  Pengertian Prinsip
            Kata prinsip dapat berarti dasar, asas, ataupun kebenaran yang menjadi dasar orang untuk berpikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip ajaran Islam juga digunakan sebagai sandaran dalam membangun sesuatu atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam ajaran Islam tentunya bersumber kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ajaran Islam sebagai ajaran yang kuat, kokoh, dan lengkap memiliki prinsip terhadap ayat-ayat Al-qur’an, Al-hadits, Al-Ra’yu, dan fakta sejarah.
gggggggggg
2.      Prinsip-prinsip yang terdapat dalam ajaran islam adalah sebagai berikut:
  •       Sesuai dengan fitrah manusia

            Kata fitrah secara harfiyah berarti keadaan suci. Adapun yag mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, ternyata bukan hanya fitrah beragama saja melainkan juga fitrah keingintahuan terhadap sesuatu, fitrah menyukai dan mencintai seni. Dengan fitrah beragama manusia menjadi orang yang berTuhan dan berakhlak mulia, dengan fitrah keingintahuan manusia menjadi orang yang berilmu pengetahuan, dan dengan fitrah seni manusia menjadi halus dan menyukai yang indah.
b.      Keseimbangan
Manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani. Jasmani berasal dari tanah atau bumi yang melambangkan kerendahan, adapun rohani berasal dari Tuhan dan bahkan ia merupakan unsur keTuhanan yang terdapat dalama diri manusia yang melambangkan ketinggian. Hidup yang seimbang adalah hidup yang memperhatikan kepentingan jasmani dan rohani, namun kekuatan rohani harus mengarahkan kekuatan jasmani. Selain itu kehidupan yang seimbang juga berkaitan dengan usaha manusia dalam mempersiapkan bekal untuk hidup di dunia dan di akhirat.[19] Dunia yang ada ditangan seseorang harus digunakan dengan visi transedental, yakni dunia tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan dan harus digunakan dalam rangka meraih kebahagiaan hidup di akhirat.[20]
a.    
  • .                   Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat

            Islam adalah agama akhir zaman, setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifatnya yang demikian itu maka, Islam berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang zaman.[21] Walaupun sumber ajaran Islam itu Al-Qur’an dan al-Hadits, namun dalam pemahaman dan implementasinya mengalami penyesuaian perbedaan yang disesuaikan dengan keadaan perkembangan masyarakat. Namun demikian, perbedaan ini tidak sampai mengubah teks Al-Qur’an dan Al-hadits serta menolak hal-hal yang bersifat qat’i yakni, dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlakul karimah.[22]
d.      Tidak menyusahkan manusia
            Ajaran Islam turun dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat, memberi rahmat, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada terang benderang, dan dari kebiadaban menjadi beradab. Ajaran Islam juga memberikan toleransi kepada umatnya dalam hal ibadah, shalat, puasa, dan makanan. Adanya berbagai kemudahan atau dispensasi tersebut menunjukan bahwa Islam tidak mempersulit manusia, jikalau itu terjadi maka hal ini bertentangan dengan visi, misi, dan tujuan ajaran islam itu sendiri yakni untuk memelihara jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.
e.       Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
            Islam adalah agama satu-satunya yang sejak kelahirannya mewajibkan  setiap orang untuk membaca, karena dengan membaca kita akan mudah untuk mendapatkan informasi yang sedang terjadi atau yang sedang membuming dizamannya, selain itu dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu, dengan ilmu manusia akan memperoleh kemudahan dan kecepatan dalam mencapai tujuan agama tersebut. Ibnu Ruslan dalam kitab zubad halaman 68 mengatakan   “ setiap orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan, maka amalnya ditolak, tidak diterima.
  •   Berbasis pada penelitian

            Penelitian merupakan pengembangan ilmu pengetahuan, mengumpulkan fakta dan data untuk membuktikan keberadaan tentang sesuatu yang disusun secara sistematis dalam buntuk teori. Ajaran Islam berbasis pada hal tersebut serta sikap kehati-hatian dalam menentukan sebuah kebijakan, sehingga kebijakan ini tidak hanya cukup didasarkan pada dugaan atau asumsi belaka, atau bahkan karena ikut-ikutan pada orang lain tanpa mengetahui sebabnya[23].
  •          '  Berorientasi pada masa depan

            Islam adalah agama yang mengajarkan kepada penganutnya agar masa depan keadaannya lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Dengan berorientasi ke masa depan seseorang akan lebih kreatif, optimis, dan tidak mengagung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutup kemalasan dimasa sekarang. Kemudian seeorang akan berusaha meningkatkan mutu hasil kerjanya, sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat.[24]
  • .         Kesederajatan

            Prinsip ajaran Islam tentang kesederajatan ini penting dilakukan selain mendatangkan manfaat juga akan menimbulkan sikap saling menghormati, menghargai, akan menghilangkan praktek penjajahan dan beragai tindakan kedzaliman manusia yang satu dengan yang lainnya, serta akan membangun citra ajaran Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
  •           Keadilan

            Dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan seseorang atas orang lain yang didasarkan atas perasaan memberi kesempatan yang sama, seimbang, profesional, sesuai dengan peran, tugas, tanggungjawab, dan prestasi yang dicapainya.[25]
  •             Musyawarah

            Dengan adanya musyawarah ini, maka berbagai gagasan dan pikiran-pikiran dari berbagai pihak akan dapat ditampung, sehingga berbagai kemungkinan terjadinya ketidakpuasan yang dapat menimbulkan unjuk rasa, demontrasi, dan sebagainya dapat dihindari.[26]

  •            Persaudaraan

            Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada pandangan, walaupun manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun mereka memiliki unsur persamaan dari segi asal usul, proses, kebutuhan hidup, tempat kembali, dan nenek moyang. Hal tersebut merupakan dasar atau landasan bagi terbangunnya konsep persaudaraan yang bersifat kemanusiaan.
  •           Keterbukaan

         Suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau ideologi dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya, namun dalam waktu yang bersamaan ia mau  menerima masukan dari luar, serta menghargainya. Dengan kata lain, bahwa yang dimaksud keterbukaan bukanlah sikap menerima semua yang berasal dari luar penelitian dan penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari manapun datangnya, dengan tetap waspada, hati-hati, dan menyesuaikannya dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.[27]

C. Perbedaan Ajaran Islam dengan Agama yang Lain 
            Dalam agama lain di dunia terdapat pemisahan antara ibadah dan muamalah, maka ibadah dalam Islam ibadah dan agama dipadukan. Ibadah dalam agama lain misalnya hanya ditujukkan untuk mengabdi kepada Tuhan, maka dalam Islam ibadah memiliki makna yang luas. Ibadah shalat misalnya dihubungkan dengan keharusan menjauhi larangan-Nya yaitu perbuatan keji dan munkar. Puasa dihubungkan dengan keharusan bertaqwa kepada Allah.[28]

 Perbedaan ajaran Islam dapat dilihat dari segi kepercayaan yaitu:
1.      Orang Islam adalah orang yang beriman kepada para Nabi dan kitab suci dari semua bangsa.
2.      Sedangkan orang Yahudi hanya percaya kepada para Nabi bangsa Israel.
3.      Orang Kristen hanya percaya kepada Yesus Kristus, dan dalam kadar kecil, percaya kepada para Nabi bangsa Israel.
4.      Orang Yahudi hanya percaya kepada para Nabi yang timbul dari India.
5.      Orang Budha hanya percaya kepada sang Budha.
6.      Orang Majusi hanya percaya kepada Zaraustra.
7.      Orang  Kong Hu Chu hanya percaya kepada Kong Hu Chu. 
Agama Islam mempunyai masa dakwah yang relatif singkat. Kenyataan ini akan berbeda jika dibandingkan dengan agama lain yang mempunyai masa dakwah jauh lebih lama.[29]
       Bagi Islam, dalam menghadapi transformasi masyarakat modernnya, tidak perlu memodifikasikan Islam baru yang disekulerkan. Seperti yang terdapat pada agama Kristen di Barat, dalam usaha menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan arus pemikiran modernis dan neomodernis. Islam juga tidak perlu memistikan diri, seperti yang ada pada agama Hindu, dalam rangka menyelamatkan kesakralan simbol-simbolnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sejauh mana tingkat kemampuan Islam dalam memahami ajaran agamanya, dan sejauh mana keluasan mereka dalam memberikan ajaran teesebut?[30]
         Dalam agama Kristen dijumpai pula ajaran tentang berbuat baik yang bertolak pada pengendalian diri. Dalam kitab perjanjian lama, kata-kata yang sering diulang-ulang oleh Yesus yaitu: “Cintailah sesama manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri. Lakukanlah terhadap orang lain apa yang ingin anda lakukanterhhadap diri anda sendiri. Datanglah kepada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku akan menyegarkan kamu.”[31]
         Hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia didalamnya . Dalam agama Hindu misalnya terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan, ini merupakan suatu hal yang bersifat alamiah, fitrahnya manusia. Sama halnya dengan ajaran  Budha, yang terdapat sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh, mencuri, berdusta, memperturutkan hawa nafsu dan meminum minuman yang memabukkan.
Posisi Islam terhadap agama-agama yang lain dapat dilihat dari berbagai sisi:
1.     Iman, artinya percaya kepada agama-agama besar di dunia sebelum agama        Islam.
2.      Ciri khas yang mempunyai keudukan yang  istimewa dintara agama-agama lain.
3.      Peran yang dimainkannya.
4.      Adanya unsur pembaharuan.
5.      Adanya sifat yang dimiliki ajaran Islam, yaitu okomodatif dan persuatif.
6.      Ajaran moral atau akhlak yang mulia.
7.      Konsep gender yang terdapat pada masing-masing agama.











       [1] Didin Saefuddin  Buchori, Metodologi Studi Islam, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), cet. 1, hlm. 13.
       [2] Abuddin  Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, hlm. 113.
       [3] Ibid., hlm.  114.
       [4] Ibid., hlm. 115
       [5] Abuddin  Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), cet 1, hlm. 117.
       [6] Ibid., hlm. 118.
       [7] Abuddin  Nata, Loc cit., hlm.  119.
       [8] Prof. Dr. Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2013), cet. 5, hlm. 31.
       [9] Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M. dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: : PT RajaGrafindo Persada, 2011), ed. Revisi. 1,hlm 98-99.
       [10] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), ed. revisi. 10, hlm  84.
       [11] Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M. dkk, Op.Cit.
       [12] Ibid., hlm. 86.
       [13] Ibid.
       [14] Harun Nasution, loc.cit., hlm. 26.
       [15] John L. Esposito, Identitas Islam Pada  Perubahan Sosial-Politik,(Jakarta:PT Bulan Bintang, 1986), cet. 1, hlm. 129.
       [16] Ibid., hlm. 124.
       [17] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), ed. revisi. 10, hlm.  93.
       [18] Ibid.
       [19] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Studi Islam Komprehensif. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), cet.I, hlm. 53.
       [20] Ibid., hlm. 56.
       [21] Ibid.
       [22] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Op cit., hlm. 61.
       [23] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Studi Islam Komprehensif. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), cet.1, hlm. 70.
       [24] Ibid., hlm. 73-74.
       [25] Ibid., hlm. 77.
       [26] Ibid., hlm. 79.
       [27] Ibid., hlm. 80.
       [28] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), ed. revisi. 10, hlm. 128.

       [29] M.  Thohah Hasan, Islam dalam presfektif sosio kultural. (Jakarta: Lantabora Press. 1426 H/2005), cet. 3, hlm. 4.
       [30] Ibid., hlm. 5-6
       [31] Ibid, hlm. 130.


DAFTAR RUJUKAN



Didin, Saefuddin  Buchori. Metodologi Studi Islam. Bogor: Granada Sarana Pustaka. 2005.
L. Esposito, John. Identitas Islam Pada  Perubahan Sosial-Politik. Jakarta:PT Bulan Bintang, 1986.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jilid I,  Jakarta: UI Press, 2013.
Nata,Abuddin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011. 
                          . Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Supadie, Didiek Ahmad. Pengantar Studi Islam. Jakarta: : PT RajaGrafindo Persada. 2011.
Thalhah, Hasan Muhammad. Islam dalam presfektif sosio kultural. Jakarta: Lantabora Press. 1426 H/2005. 


 
Oleh Eva Dianidah dan Nida Ulfah Hasanah 

1 komentar: