HARI KIAMAT
Oleh:
Eva Dianidah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hari kiamat, seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu rukun iman atau rukun iman yang kelima adalah yakin dan percaya pada hari kiamat (Yaumul akhir). Dimana pada hari akhir ini segala yang ada di bumi dan di langit akan hancur dan tidak tersisa, seluruh manusia akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya.
Setelah dibangkitkan, nantinya akan ada waktu untuk dikumpulkan di padang Mahsyar dan ditimbang seluruh amal baik maupun amal buruk seseorang. Hasil timbangan ini nantinya yang akan menentukan seseorang berada dimana, surga ataukah neraka. Kebahagiaan ataukah siksaan yang akan diterimanya. Inilah sebabnya manusia melakukan perbuatan di dunia dengan amal baik, karena kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah semu, sementara dan yang kekal adalah dunia akhirat. Hidup di dunia guna mengemban amanah dari Allah swt untuk menjalankan kekuasaan-Nya sebagai khalifah di muka bumi, menjalankan segala titah-perintahNya berdasarkan wahyu-Nya yang telah disampaikan melalui Nabi-nabi/Rasul-rasulNya, dari Nabi Adam hingga Nabi terakhir, Nabi Muhammad saw (yang syaratnya hingga akhir zaman). Adapun para ulama membagi tanda-tanda kiamat menjadi dua, yaitu tanda-tanda kiamat kecil, dan yang kedua adalah tanda-tanda kiamat besar..
Adapun di dalam makalah ini akan diterangkan mengenai hakikat hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat (kecil dan besar) beserta dalil keshahihannya, serta menjelaskan kehidupan setelah hari kiamat seperti alam Barzah, Husen, Mizan, Yaumul Jaza, Surga-Neraka, dan Akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hari kiamat?
2. Apa saja tanda-tanda datangnya hari kiamat (besar dan kecil)?
3. Sebutkan dalil keshahihan datangnya hari kiamat.
4. Bagaimana kehidupan manusia setelah hari kiamat (Alam Barzah, Mizan, Yaumul Jaza, Surga-Neraka, dan akhirat.
C. Tujuan
1. Dapat mendefinisikan pengertian dari hari kiamat.
2. Dapat menganalisa tanda-tanda datangnya hari kiamat (besar dan kecil).
3. Dapat menyebutkan berbagai dalil shahih mengenai hari kiamat dan tanda-tandanya.
4. Dapat menjelaskan kehidupan manusia setelah hari kiamat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hari Kiamat
Secara etimologi, Hari kiamat terserap dari kosa kata bahasa Arab, qāma-yaqūmu-qiyāman yang berarti berdiri, berhenti, atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyamah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu dihidupkannya semua manusia setelah kematiannya. Hari kiamat (yaum al-qiyamah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur.
Sedangkan secara terminologi, Hari kiamat adalah hari yang tidak ada lagi hari setelah hari itu dan dinamakan hari kiamat karena merupakan fase terakhir dari empat fase yang dijalani oleh setiap manusia. Fase kehidupan manusia ada empat,
1. Fase didalam perut ibunya.
2. Fase di dunia.
3. Fase di alam barzakh (kubur), dan
4. Fase hari kiamat yang merupakan fase terakhir.
Sayyid Sabiq dalam al-‘Aqa’id al-Islamiyyah menjelaskan: “Hari kiamat adalah suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu, seluruh makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi dan langit yang ada sekarang”.
Menurut Quraish Shihab dalam Perjalanan menuju Keabadian menjelaskan: ”Para ulama menjelaskan bahwa ada dua macam kiamat, kecil dan besar. Kiamat kecil adalah saat kematian orang perorang. Sedang kiamat besar adalah yang bermula dari kehancuran alam raya”. Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa kiamat diawali dengan tiupan terompet sebagai tanda kehancuran alam.
Dari beberapa rumusan tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Hari kiamat merupakan hari akhir kehidupan dunia.
2. Kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan hancurnya alam semesta.
3. Kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah.
4. Setelah semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan lainnya akan diganti dengan yang baru.
5. Kiamat merupakan awal kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan dunia.
Adapun kepastian adanya hari kiamat tercantum dalam QS. Taha ayat 15-16,
إِنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعٰى. فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى
"Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, hampir Aku hilangkan rahasianya, supaya tiap-tiap jiwa dibalas dengan apa yang ia usahakan. Oleh karena yang demikian, janganlah engkau dipulangkan daripada (mempercayainya), oleh orang-orang yang tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya, maka dengan sebab itu, engkau akan binasa." (QS. Taaha: 15-16)
Hari kiamat juga memiliki berbagai nama (istilah) menurut para ulama dengan disertai dalilnya masing-masing. Nama-nama kiamat seperti As-Saa'ah sesuai dalam QS. Al-Qamar: 1, Al-Qiamah dalam QS. Al-Qiamah:1, Ad-Diin dalam QS. Al-Fatihah: 4, Al-Khuruuj dalam QS. Qaaf: 42, Al-'Aradh dalam QS. Al-Haaqah: 18, Al-Hasyr, An-Nusyur, Al-Bu'uts dan masih banyak lagi. Di dalam buku Abdul Baqi Ahmad Muhammad Salamah disebutkan bahwa nama-nama kiamat sebanyak 16 nama (istilah), ada pula ulama yang menyatakan bahwa nama-nama kiamat ada sekitar 300 nama. Penyebutan nama-nama kiamat ini memang berbeda, namun memiliki makna yang sama. Dimana hakikatnya kiamat adalah suatu waktu atau zaman akhir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan hanya Allah yang tahu kapan akan terjadinya.
B. Menganalisis Dalil dan Tanda-Tanda Hari Kiamat
Kiamat terjadi secara tiba-tiba dan manusia berada dalam keadaan lalai dan berpaling darinya. Firman Allah,
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ.
“Telah semakin dekat kepada manusia hari menghisab amal mereka, sedang mereka dalam lalai (dengan dunia) lagi berpaling (dari akhirat).” (al-Anbiyaa`: 1).
Ini adalah peringatan dari Allah bahwa Kiamat sudah dekat dan akan datang, serta bahwasanya manusia masih berada dalam kelalaian terhadap hari Kiamat. Maksudnya mereka tidak melakukan amal perbuatan dan tidak mempersiapkan diri untuknya. Diantara tanda-tanda hari Kiamat adalah apa yang telah disampaikan oleh sahabat Hudzaifah bin Asiid, bahwa Rasulullah bersabda,
إِنَّ السَّاعَةَ لَا تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ, وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ, وَخَسْفٌ فِيْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ, وَالدُّخَانُ, وَالدَّجَالُ, وَدَابَّةِ الْأَرْضِ, وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ, وَطُلُوْعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا, وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ, وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ .e مَرْيَمَ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh tanda: (1) Penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) Penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) Pembenaran permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) Keluarnya asap, (5) Keluarnya Dajjal, (6) Keluarnya binatang besar, (7) Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) Terbitnya matahari dari barat, (9) Api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam.”
Hadits ini menjelaskan sepuluh tanda terbesar kiamat tanpa menjelaskan urutan terjadinya, sebab kata sambung wawu (dan) dalam hadits di atas tidak menunjukkan urutan.
Adapun para ulama membagi tanda-tanda kiamat menjadi dua, yaitu tanda-tanda kiamat kecil, dan yang kedua adalah tanda-tanda kiamat besar. Adapun salah satu dalil yang menyatakan tentang tanda-tanda kiamat kecil adalah sabda Rasulullah,
اُعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِيْ، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيْكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَامِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ اْلمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِيْنَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُوْنُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُوْنَ فَيَأْتُوْنَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِيْنَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ إِثْنَا عَشَرَ أَلْفًا.
“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari kiamat: (1) wafat ku, (2) penaklukan Baitul Maqdis, (3) wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit qu'ash yang menyerang kambing, (4) melimpahnya harta hingga seseorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, (5) timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan (6) terjadinya perdamaian antara kalian dengan bani Asfar (bangsa Romawi), namun mereka melanggar nya dan menyayangi kalian dengan 80 (bendera) kelompok pasukan. Setiap (bendera) kelompok iya terdiri dari 12 ribu orang.”
Juga sabda Rasulullah,
إنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، ويَظْهَرَ الزِّنَا.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya perzinaan.”
Adapun tanda-tanda tentang kiamat besar adalah sabda Rasulullah,
إِنَّ السَّاعَةَ لَا تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ, وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ, وَخَسْفٌ فِيْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ, وَالدُّخَانُ, وَالدَّجَالُ, وَدَابَّةِ الْأَرْضِ, وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ, وَطُلُوْعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا, وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ, وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ .e مَرْيَمَ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh tanda: (1) Penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) Penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) Pembenaran permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) Keluarnya asap, (5) Keluarnya Dajjal, (6) Keluarnya binatang besar, (7) Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) Terbitnya matahari dari barat, (9) Api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam.”
Hadits ini menjelaskan sepuluh tanda terbesar kiamat tanpa menjelaskan urutan terjadinya, sebab kata sambung wawu (dan) dalam hadits di atas tidak menunjukkan urutan.
Menurut Ibnu Hajar al-`Asqallani, dalam syarah Shahih Bukhari, menjelaskan, “Tanda-tanda kiamat itu ada yang menunjukkan dekatnya kiamat, dan ada yang menunjukkan terjadinya kiamat. Tanda yang masuk ke dalam kategori pertama adalah Dajjal, turunnya Isa al-Masiih, Ya’juuj dan Ma’juuj, serta gempa. Yang termasuk kategori kedua adalah asap, terbitnya matahari dari barat, keluarnya hewan melata, dan api yang menggiring manusia ke Mahsyar.”
Pendapat atau penafsiran dari Ibnu Hajar al-`Asqalaani ini, menurut Manshur Abdul Hakim, adalah yang paling dekat dengan kebenaran, sebab hadis-hadis nabi -yang menyebutkan tanda besar yang pertama kali terjadi adalah terbitnya matahari dari barat, lalu keluarnya binatang melata- menunjukkan bahwa yang dimaksud disana adalah saat kiamat sedang terjadi.
C. Kehidupan Setelah Kiamat (Barzakh, Hisab, Mizan, Yaumul Jaza’, Surga, dan Neraka, serta Akhirat)
1. Alam Barzakh
Allah dan Rasul-Nya sering menyebutkan mengenai iman kepada Allah dan hari akhir, hal ini menunjukkan pentingnya beriman kepada hari akhir. Beriman kepada Allah swt berarti beriman kepada permulaan dan beriman kepada tempat kembali. Orang yang tidak beriman kepada hari akhir berarti dia tidak beriman kepada tempat kembali. Orang yang tidak beriman kepada hari akhir berarti ia tidak beriman kepada Allah.
Mengapa disebut sebagai hari Akhir? Karena tidak ada hari lagi setelahnya dan itulah akhir perjalanan hidup manusia.Ketika mayit telah dikuburkan (berada di alam barzah), berdasarkan hadits Rasulullah pernah bersabda:
“Suara sandal-sepatu (terompah) kaki orang-orang yang mengantarkan, terdengar oleh ruh si mayit yang dikuburkan itu.”
Tujuh langkah orang yang meninggalkan (mengantar) dari tempat kubur, maka dikembalikan ruh mayit kedalam jasadnya, tapi sudah jelas pengembalian ruh-nyawa-jiwa itu ke dalam jasad tidak sempurna semasa hidupnya, hanya sekedar sepanjang yang dikehendaki oleh Allah swt salam rangka akan menghadapi fitnah kubur (pertanyaan-pertanyaan kubur) atau sebagai proses verbal - pemeriksaan pendahuluan, untuk memasuki 'alam Barzakh taraf pertama dari manazil akhirat.
Menurut Ahlus Sunnah yang meyakini tentang adanya Fitnah Kubur, yaitu adanya pertanyaan yang diajukan kepada mayit oleh dua malaikat yang bernama Munkar dan Nakir.
2. Yaumul Hisab
Hisab secara bahasa (etimologi) adalah perhitungan. Sedangkan secara syar'i (terminologi) adalah Allah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal-amal mereka. Sebagaimana dalam firman Allah swt:
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَّابَهُمْ، ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ.
“Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.” (Al-Ghasiyah: 25-26).
Bahkan di dalam shalatnya, Rasulullah saw sering berdoa:
اَللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيْرًا.
“Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah."
Orang-orang kafir, mereka itu tidak dihisab sebagaimana dihisabnya orang yang dihitung kebaikan dan kejelekan nya, karena sesungguhnya. mereka itu (yaitu orang-orang kafir) tidak ada kebaikannya. Akan tetapi, amal-amal mereka dihitung, lalu dibiarkan begitu saja dan mereka diazab dengan sebab amalannya itu.”
Pada hari kiamat, seluruh amalan baik orang kafir akan dijadikan seperti debu-debu yang beterbangan atau seperti fatamorgana dan tidak ada nilainya di sisi Allah swt. Sesuai dalam Firman Allah swt :
وَقَدِمْنَاإِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاءً مَّنْثُورًا.
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu akan Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Al-Furqon : 23).
3. Mizan
Secara bahasa (etimologi) mizan adalah sebuah alat (neraca) untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Sedangkan secara istilah (terminologi), mizan adalah sesuatu yang Allah Ta'ala letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ijma' Salaf. Penjelasan mengenai Yaumul mizan ini terdapat dalam firman Allah yaitu surat al-Isra' ayat 13-14.
Dan sabda Rasulullah mengenai Yaumul mizan adalah:
کَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقْلَتَانِ فِيْ الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ.
“Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, berarti dalam timbangan (pada hari kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih): 'subhanallah wa bilhamdihi, subhanallahil' adzim.”
Mizan yang hakiki memiliki dua daun timbangan. Hal ini berdasarkan hadits shahih, diantaranya adalah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash tentang hadits pemilik Bithaqah (kartu), bahwa Rasulullah bersabda:
“Lalu catatan-catatan (amal) itu diletakkan di salah satu sisi daun Neraca dan Bithaqah di daun Neraca lainnya, maka catatan-catatan itu melayang dan Bithaqah yang lebih berat, maka tidak ada sesuatu yang lebih berat dibandingkan Nama Allah.”
4. Yaumul Jaza’
Secara bahasa, Yaumul Jaza adalah hari pembalasan seluruh amal perbuatan manusia. Balasan yang akan diberikan Allah sangat tergantung pada jenis amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya untuk mengimani adanya Hari Pembalasan .
Sedangkan secara istilah, Yaumul Jaza adalah hari dimana seluruh umat manusia mendapatkan balasan atas perbuatannya di dunia. Balasan yang akan diperoleh manusia tergantung dari amalan yang sudah dikumpulkan di dunia.
Dalil tentang pengertian Yaumul Jaza di atas, telah dijelaskan oleh Allah. Dalam surat al-Mu’min ayat 17.
“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya.”
5. Surga dan Neraka
Sesungguhnya Surga dan Neraka sudah diciptakan oleh Allah. Keduanya adalah makhluk yang kekal abadi dan tidak akan pernah binasa. Surga disediakan bagi wali-wali Allah yang bertaqwa sedangkan Neraka adalah hukuman bagi orang yang bermaksiat kepada-Nya kecuali yang mendapatkan rahmat-Nya. Kenikmatan Surga tidak dapat dibayangkan oleh manusia, begitu pula siksa Neraka merupakan siksa yang besar, sangat dahsyat dan sangat mengerikan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk Allah yang sudah diciptakan.
Ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi banyak menjelaskan bahwa Surga telah di sediakan untuk orang-orang yang bertakwa dan Neraka juga telah disediakan untuk orang-orang yang kafir. Ini menunjukkan bahwa Surga dan Neraka sudah diciptakan. Mengenai Surga, Allah Ta’ala berfirman,
وَسَارَعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali-‘Imran: 133).
Dan mengenai Neraka, Allah Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوْ النَّارَ الَّتِى أَعَدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ.
“Dan perilahalah dirimu dari api Neraka, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Ali-‘Imran: 131).
6. Akhirat
Akhirat adalah sebuah istilah untuk mengistilahkan kehidupan alam yang kekal setelah kematian. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam al-Qur’an. Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang harus dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya adalah kehidupan dunia itu adalah medan persinggahan sementara dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan bukan sebagai tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Allah berfirman,
“Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64).
Allah juga berfirman dalam ayat yang lain,
“Wahai Kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Ghafir: 39).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hari kiamat adalah hari yang tidak ada lagi hari setelah hari itu dan dinamakan hari kiamat karena merupakan fase terakhir dari empat fase yang dijalani oleh setiap manusia. Kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah.
Menurut Ibnu Hajar al-`Asqallani, dalam syarah Shahih Bukhari, menjelaskan, “Tanda-tanda kiamat itu ada yang menunjukkan dekatnya kiamat, dan ada yang menunjukkan terjadinya kiamat. Tanda yang masuk ke dalam kategori pertama adalah Dajjal, turunnya Isa al-Masiih, Ya’juuj dan Ma’juuj, serta gempa. Yang termasuk kategori kedua adalah asap, terbitnya matahari dari barat, keluarnya hewan melata, dan api yang menggiring manusia ke Mahsyar.”
Pendapat atau penafsiran dari Ibnu Hajar al-`Asqalaani ini, menurut Manshur Abdul Hakim, adalah yang paling dekat dengan kebenaran, sebab hadis-hadis nabi -yang menyebutkan tanda besar yang pertama kali terjadi adalah terbitnya matahari dari barat, lalu keluarnya binatang melata- menunjukkan bahwa yang dimaksud disana adalah saat kiamat sedang terjadi.
Adapun kehidupan setelah kiamat adalah sebagai berikut:
1. Alam Barzakh
2. Hisab
3. Mizan
4. Yaumul jaza’
5. Surga dan Neraka
6. Akhirat
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya.
al-Barbahari, Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf. Tahqiq: Dr. Khalid Qasim. 2003. Syarhus Sunnah. Kairo: Dar al-Atsar.
al-Bukhari, Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il. Tanpa Tahun. Shahih Bukhari. Kairo: Dar al-Hadits.
al-Fauzan, Shalih bin Abdillah. 2015. Kitab Tauhid. Jakarta: Darul Haq.
al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. 2015. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2015. Syarah Riyadhus Shalihin. Jakarta: Darus Sunnah.
al-Qazuni, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah. Tanpa Tahun. Sunan Ibnu Majah. Mesir. Dar al-Quds.
an-Naisaburi, Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi. Tanpa Tahun. Shahih Muslim. Kairo: Dar al-Hadits.
At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Saurah. Tanpa Tahun. Jami’ At-Tirmidzi. Kairo. Dar al-Quds.
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. 2011. Kiamat dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an.
Hakim, Manshur Abdul. 2006. Kiamat. Jakarta: Gema Insani Press.
Hanbal, Ahmad bin Muhammad. 2015. Musnad Imam Ahmad. Tahqiq: Syeikh Abdul Qadir al-Arna’ut dan Syeikh Syu’aib al-Arna’ut. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2015. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i
Sani, Abdullah.1974. Mahkamah Yaumil-Akhirat: Digali dari Al-Qur'an. Jakarta: Bulan Bintang.
0 komentar:
Posting Komentar