Senin, 24 Juli 2017

Sejarah Syi'ah, Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Teologi Syi'ah

Posted by Vadianyourlife on 09.33 with No comments

Sejarah Syi'ah, Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Teologi Syi'ah

Oleh: Eva Dianidah
Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan sejarah timbulnya kaum syi’ah 
   1. Pengertian paham Syi’ah
   Kata syi’ah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata Syaya’a. Syi’ah berarti orang yang berkumpul atas satu masalah. Menurut al-Azhary, Syi’ah berarti orang-orang yang sebagiannya mengikuti sebagian yang lain.  Istilah Syi’ah yang berasal dari bahasa Arab ini merupakan bentuk tunggal dari kata Syi’i. Syi’ah adalah bentuk pendek dari kata bersejarah Syi’ah Ali yang artinya pengikut Ali. 
  Menurut para peneliti, Syi’ah sering dihadapkan dengan Al al-Sunah wa al-Jama’ah tidak dimasukkan ke dalam aliran ilmu kalam. Karena Syi’ah tidak sepenuhnya dapat dkategorikan sebagai aliran teologi, namun lebih merupakan aliran atau golongan dalam Islam  yang memiliki pandangan bukan hanya dalam bidang teologi atau keagamaan, melainkan juga memiliki pandangan dalam bidang sosial, politik, hukum dan lainnya. 
2. Sejarah timbulnya kaum Syi’ah
   Yang dipandang sebagai asal mula dari aliran Syiah ini adalah datang dari skelompok orang yang memandang bahwa setelah wafatnya Nabi SAW yang paling utama menggantikannya ialah ahli bait atau kerabat Nabi sendiri, yaitu al-Abbas paman Nabi dan yang lebih utama ialah Ali anak paman Nabi SAW. 
  Syi’ah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan diadakannya tahkim antara kedua belah pihak. Menurut Harun Nasution, pada waktu perang tersebut tlah timbul tiga golongn politik, yaitu golongan Ali yang kemudian dikenal dengan nama Syi’ah, golongan yang keluar dari barisan Ali, yaitu kaum Khawarij, dan golongan Mu’awiyah. 
   Ahmad Amin menyebutkan ada dua sebab perpecahan mazhab yang menimbulkan munculnya paham Syi’ah, yaitu pertama adanya kelompok yang terlalu mengagungkan imam-imam mereka serta berani mengafirkan para penentangnya, sementara kelompok lainnya bersikap moderat, tidak mengultuskan Ali bin Abi Thalib dan imam-imam lainnya serta tidak sampai mengafirkan para penentangnya. Kedua yaitu perbedaan sesama mereka dalam menentukan imam-imam karena biasanya seorang imam wafat, sedangkan ia meninggalkan anak yang banyak. Hal ini terjadi pada hampir di setiap wafatnya imam mereka. 
    Dari sebab yang kedua khususnya, timbul golongan yang dinamakan Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah dua belas karena mereka mempunyai dua belas imam nyata dimulai dari Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin al-Mahdy al-Muntazar. Selain Syi’ah Imamiyh Itsana ‘Asyariyah, ada lagi Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat. 
   Selanjutnya Syi’ah Ghulat ini terpecah menjadi beberapa kelompok, menurut al-Syahrastani, terpecah  menjadi sebelas kelompok.  Mereka itu adalah sebagai berikut:
a. Al-Sabaiyah, pengikut Abdullah ibn saba,
b. Al-Kamaliyah, pengikut Abi kamil,
c. Al-‘Albaiyah, pengikut Alba’ ibn Zira’ al-Dusi,
d. Al-Mughiriyah, pengikut l-Mughriyah ibn Sa’ad al-Ajali, budak dari Khalid ibn Abdillah al-Qusari,
e. Al-Manshuriyah, pengikut Abi Manshur al-Ajali yang menasabkan diri kepada Ja’far Muhammad ibn Ali al-Baqir.
f. Al-Khaththabiyah, pengikut Abi al-Khuththab Muhammad ibn Abi Zainab al-Asadi al-Ajda’ yang menisbahkan diri kepada Abi Abdillah Ja’far ibn Muhammad al-Shadiq,
g. Al-Kayyaliyah, pengikut Ahmad ibn al-Kayyal, 
h. Al-Hisyamiyyah, pengikut Hisyam ibn Hakam dan pengikut Hisyam ibn salim Salim al-Jawaliqi,
i. Al-Nu’maniyah, pengikut Muhammad ibn al-Nu’man Abi Ja’far al-Ahal yang disbut juga al-Syaithaniyah,
j. Al-Yunusiyah, pengikut Yunus ibn Abdu al-Rahman al-Qumi,
k. Al-Nushairiyah dan al-Ishaqiyah. 
   Dan masih terdapat kelompok ekstrem lainnya, seperti sekte-sekte Isma’iliyyah; Druziyyah, Zizariyyah, Musta’liyyah, dan Muqanna’ah  yang  beranggapan bahwa Ali itu adalah Tuhan-sekte ini disebut juga ghulat bathini. 
  Kelompok-kelompok Syi’ah ini merupakan hasil dari beberapa perpecahan, sebagaimana Sunni juga mengalami beberapa pergeseran mazhab. Diantara kelompok Syi’ah diatas, adapula varian Syi’ah yang lainnya, yaitu seperti Syi’ah Lima atau disebut Syi’ah Zaidiyyah, Sui’ah tujuh atau Syi’ah Ismailiyah, dan Syi’ah dua belas. 

B. Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Teologi Syi’ah 
    Pendidikan keimanan dan aqidah perlu untuk ditanamkan kepada anak didik, yakni keyakinan bahwa Allah selalu menyertai manusia dan melindunginya selama manusia itu memelihara agama dengan baik. Kemudian meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi ini telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah SWT dengan qada qadar-Nya. 
    Ada sebuah hadis riwayat Al-Turmudzi yang membahas mengenai pelajaran keimanan kepada Allah SWT dan konsistensi dalam beragama. Adapun dalam pendidikan Islam faktor keimanan sangat penting ditanamkan kepada anak didik, misalnya mengajarkan bahwa Allah SWT Maha Melihat, Maha Mengawasi makhluk-Nya dimana saja berada, tidak ada seorang makhluk yang terlepas dari pengawasan Tuhan dan Allah Maha Penolong dan Mencukupi segala yang dibutuhkan manusia dan sebagainya. 
Adpun pendidikan keimanan menurut kaum Syi’ah berdasarkan tiap kelompok/golongannya adalah sebagai berikut:
1. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah
   Sebutan Itsna ‘Asyariyah yang berarti “dua belas” merupakan golongan yang percaya bahwa imam berjumlah dua belas orang dan imam terakhir adalah Muhammad Ibn Hasan Askari.  Golongan ini adalah orang yang menganggap bahwa sebutan imam berbeda dengan sebutan khalifah. Para imam tetap menyandang gelar Imam, meskipun mereka bukan sebagai khalifah waktu itu. Seperti yang terjadi pada diri Ali yang dikatakan padanya bahwa imamah-nya berjalan selama 30 tahun dan khalifah-nya berjalan selama 4 tahun 9 bulan. 
Adapun ajaran-ajaran Syi’ah Itsna ‘Asyariyah adalah sebagai berikut:
a. At-Tauhid 
   Menurut kaum Syi’ah ini mereka adalah golongan yang percaya dan mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu ada, Maha Esa, Tunggal, tempat bergantungnya segala makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun serupa dengan-Nya. Keyakinan itu tidak berbeda dengan kaum Muslimin pada umumnya. Mereka juga mempercayai adanya Tuhan. Syi’ah seperti halnya Mu’tazilah berpendapat bahwa al-Qur’an itu makhluk. Alasannya adalah bila al-Qur’an dikatakan qadim, hal itu akan menimbulkan ta’addud al-qudama’ seperti yang terjadi pada ajaran Nasrani ketika firman Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang qadim. 
b. Al-‘Adl
   Kaum Syi’ah ini memiliki keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan perbuatan zalim dan perbuatan buruk seperti berdusta dan memberikan beban yang tidak dapat dipikul oleh manusia. Menurut kaum Syi’ah ini, semua perbuatan yang dikerjakan Tuhan adala maksud dan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Konsep keadilan Tuhan yang dikemukakan Syi’ah ini nampaknya sejalan dengan pendapat Mu’tazilah yaitu Tuhan itu Adil, mengandung arti bahwa Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apa pun yang buruk. Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakan-Nya. 
c. An-Nubuwwah
   Kepercayaan Syi’ah terhadap keberadaan Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan kaum Muslimin. Menurut mereka, Allah mengutus sejumlah Nabi dan Rasul ke muka bumi untuk membimbing umat manusia.
d. Al-Imamah
    Imamah dalam Syi’ah merupakan salah satu dari dasar yang terpenting dalam Islam bahkan dikelompokkan dalam salah satu rukun Islam. Loyalitas seseorang terhadap imamnya dapat menunjang keimanannya karena menurutmereka, imamah bukanlah jabatan yang dapat direkayasa oleh manusia tetapi sepenuhnya sebagai jabatan dari Allah seperti halnya kenabian. 
    Menurut kaum Syi’ah ini terdapat satu dalil yang membahas mengenai penentuan imam dan urutannya yang menurutnya berasal dari pesan atau wasiat langsung dari Allah SWT kepada Rasul-Nya. Pesan tentang siapa imam-imam yang akan menjadi penggantinya kelak setelah wafatnya dari mulai Ali bin Abi Thalib hingga hingga imam yang kedua belas, yaitu Muhammad bin Hasan al-Mahdy al-Muntazar murni. Adapun hadis yang berisi surat wasiat tersebut menurut penyusunnya diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah al-Anshary. 
   Imamah menurut teori Syi’ah mempunyai bentuk kerajaan dan turun temurun dari bapak ke anak seterusnya ke cucu dan demikian seterusnya.  Dan pentingnya soal imamah dalam Syi’ah juga dibuktikan dengan kesepakatan kaum ini bahwa Ali benar-benar ditetapkan menjadi imam dengan nash yang jelas san menunjuk dirinya bukan dengan sindiran semata (Hasan; 1984). 
   Dari pandangan Syi’ah tentang imamah ini timbul ajaran-ajaran lain dalam akidah mereka yang timbull sebagai konsekuensi pandangan mereka tersebut yang dimaksudkan untuk menopang pendapat mereka, adapun pendapatnya itu adalah sebagai berikut:
1) ‘Ishmah 
   Kata Ishmah dalam bahasa Arab berarti terjaga. Yang dimaksud disini ialah terjaga dari perbuatan dosa besar dan kecil. 
Menurut keyakinan mereka bahwa imam-imam mereka itu sebagaimana para Nabi adalah bersifat ma’shum dalam segala tindak-tanduknya dan tidak pernah berbuat dosa besar dan kecil serta tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat dan tidak boleh berbuat salah satuupun lupa. 
2) Al-Mahdy
   Al-Mahdy berarti orang yang diberikan petunjuk oleh Allah lalu ia mengambil petunjuk itu. Ini adalah makna etimologi yang ada pengaruh diny. Terkadang juga digunakan untuk sebutan sebagian orang (biasanya ahli bait) yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan kemuliaan yang besar dari Allah.
   Makna diatas kemudian berubah menjadi hanya sebagai Imam yang dinanti yang akan datang dan akan mengisi bui dengan keadilan seperti halnya ia telah diliputi oleh kezaliman. 
3) Raj’ah
  Paham al-Mahdy erat hubungannya dengan paham ar-Raj’ah yaitu keyakinan orang-orang Syi’ah tentang akan datangnya imam mereka setelah gaib, untuk menegakkan keadilan, menghancurkan kezaliman dan membangun kembali kekuasaan mereka. Abdullah bin Saba mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW akan kembali pada zaman untuk menegakkan keadilan. Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh Abu Lu’lu, dia masih hidup bersembunyi dan akan kembali pada akhir zaman. Kepercayaan ini membuat orang-orang Syi’ah percaya bahwa imam-imam mereka belum mati, masih bersembunyi, dan akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, menghancurkan kezaliman.
4) Taqiyyah
   Taqiyyah berarti menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan yang diyakininya (yang terdapat dihati) untuk memelihara jiwa, kehormatan dan harta benda yang dimilikinya dari musuh-musuhnya. 
Menurut golongan Syi’ah Taqiyyah itu merupakan program rahasia. Apabila seorang imam akan keluar dari khalifah untuk mengadakan pemberontakan terhadapnya, maka menjadikan taqiyyah itu sebagai strategi yang harus dirahasiakan. Mereka pura-pura taat sehingga sampai pada saat yang mungkin untuk melaksanakan rencananya. Apabila takut kepada orang-orang kafir atau penguasa, maka mereka pura-pura menunjukkan persetujuan. 
2. Syi’ah Zaidiyah
   Sebagaimana Imamiyah dan  Isma’iliyyah, al-Zaidiyah bependapat bahwa imamah adalah haknya keturunan ‘Ali dari Fatimah dan tidak boleh diberikan kepada lainnya.  Tetapi dalam hal bagaimana hak tersebut diperoleh, apakah melalui penentuan secara turun temurun atau bukan, al-Zaidiyah mempunyai pandangan tersendiri. Dalam doktrin mereka disebutkan bahwa siapa saja dari keturunan Fatimah memiliki peluang  yang sama dalammasalah imamah asal memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, yaitu bahwa seorang imam adalah orang yangn berpengetahuan (‘alim), berani, dermawan, dan menuntut haknya dengan memberontak secara tetrbuka (khuruj). 
   Al-Zaidiyah terbagi menjadi beberapa subsekte, tiga diantanya yang terpenting. Antara mereka terdapat perbedaan paham dalam masalah imamah, ditinjau dari segi-segi tertentu. Akan tetapi mereka bersepakat atas imamah Zaid ibn ‘Ali, yang karenanya mereka termasuk dalam sekte al-Zaidiyah. Ketiga subseke tersebut adalah al-Jarudiyah, al-Sulaimaniyyah, dan al-Batriyyah atau Shalihiyyah. 
   Paham lainnya dari kaum Syi’ah al-Zaidiyah akan dijelaskan sebagai berikut yang merupakan pandangan secara umum sebagai karakteristik mereka dibandingkan dengan sekte-sekte atau aliran lainnya.
a. Zat dan Sifat Tuhan
  Menurut mereka, zat Tuhan adalah sesuatu (syai’) yang tidak serupa dengan atau diserupai oleh sesuatu-sesuatu yang lainnya. Tuhan mengetahui dengan ‘ilmu’ yang bukan zat-Nya dan bukan pula bukan zat-Nya; dan bahwa ilmu-Nya adalah sesuatu. Demikian juga pandangan mereka tentang sifat-sifat  yang lain. 
b. Perbuatan Manusia
  Sebagian mereka berpegang keyakinan bahwa perbuatan manusia adalah diciptakan dan diadakan oleh Tuhan sesudah sebelumnya tidak ada. Sementara yang lain berpendapat bahwa perbuatan tersebut adalah kasb manusia. Dialah yang mewujudkan dan melakukan perbuatan itu.
c. Iman dan Kufur
   Mayoran al-Zaidiyah brpaham bahwa iman adalah mengetahui, mengaku, dan menghindarkan apa yang diancam Tuhan. Berbuat sesuatu yang dikenai ancaman Tuhan merupakan kekufuran, yaitu kufr ni’mah.
d. Pelaku Dosa Besar
   Al-Zaidiyah bersepakat bahwa semua pelaku dosa besar disiksa dalam neraka selama-lamanya. Mereka dalam masalah ini sependapat dengan Mu’tazilah  dan Khawarij. Pandangan ini banyak dianut oleh kaum Muslim pertama yang masih memiliki ghirah yang kuat terhadap ajaran yang dibawa Islam. 
3. Syi’ah Ghulat
   Syi’ah al-Ghaliyah atau Ashab al-Ghulat, golongan Syi’ah yang ajaran-ajarannya telah melampaui batas (extrem). Mereka ada yang  berpendapat bahwa imam-imam merka mempunyai unsur-unsur Ketuhanan. Adapula yang menyerupai Tuhan dengan makhluk-makhluk-Nya. Kepercayaan tersebut adalah pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan inkarnasi, reinkarnasi, ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen. Agama Yahudi menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya sedangkan agama Kristen menyerupakan makhluk dengan Tuhannya.
  Diantara aliran-aliran al-Ghaliyah yang keterlaluan adalah As-Sabaiyah, Al-‘Alba’iyah  dan al-Khatthaniyah. Aliran As-Saba’iyah adlah pengikut Abdullah bin Saba’. Orang yahudi dari Persia yang pura-pura masuk Islam. Aliran Al-Khatthabiyah adalah pengikut Abil Khattab Muhammad bin Abi Zainab Bani Asad. Sebelum meninggal, diganti Mu’ammar, mempunyai ajaran-ajaran yang berlebih-lebihan, yaitu “Mereka beranggapan bahwa dunia ituu tidak akan rusak. Sesungguhnya surga adalah keadaan manusia yang mendapatkan kebaikan, kenikmatan, dan kesehatan. Dan sesungguhhnya neraka adalah keadaan yang manusia yang mendapatkan keburukan, kesulitan dan bencana. Mereka menghalalkan khamr, zina, dan semua hal yang diharamkan. Mereka selalu meninggalkan shalat dan fardhu-fardhu lainnya.” 
 Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang diinterpretasikan menurut pemahaman Syi’ah,  antara lain:
a. Imam adalah tanda-tanda Tuhan atau ayat Allah dalam QS. an-Nuur [24]; 29 (Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang  yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkariayat-ayat Kami kecuali orang zalim), QS. al-A’raaf [7]: 9,  QS. al-Hajj [101]: 22, QS. Shad [38]: 29.
b. Para imam itu adalah jalan yang lurus dalam QS. al-Fatihah [1]: 6 (tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus). 
c. Sinar itu ada di dalam diri Imam dalam QS. at-Taghabun [64]: 8, (maka beimanah kamu kepada Allah dan Rasul-nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
d. Ayat tujuh daalam surat Ali Imran diinterpretasikan bahwa mereka yang memilki pengetahuan yang mendalam itu adalah para family Nabi Muhammad,diantaranya ialah para Imam. 
Adapun ajaran-ajaran yang dianut oleh masing-masing kelompok Syi’ah Ghulat adalah sebagai berikut:
1. Kelompok al-Sabaiyah. Kelompok ini menganut kepercayaan bahwa,
a. Ali masih hidup.
b. Dalam diri Ali terdapat unsur Keetuhanan.
c. Ia datang dalam awam, petir adalah suaranya dan kilat  adalah senyumnya. 
d. Dia akan datang ke bumi sebelum kiamat.
e. Unsur Ketuhanan senantiasa berinkarnasi pada imam-imam setelah Ali.
2. Kelompok al-Kamaliyah
Kelompok ini mengafirkan semua sahabat selain Ali. Dan mereka membai’ah Ali sebagai khalifah. Menurut mereka, imamah adalah cahaya yang menjadi nubuwwah pada seseorang yang kemudian menjadi imamah. Selanjutnya imamah menjelma menjadi nubuwwah. 
3. Kelompok al-Nu’maniyah 
   Kelompok ini menganut ajaran sama dengan yang diajarkan oleh Hisyam ibn Hakam, mengajarkan Tugas adalah sama dengan jasmaniah apapun dan Ali adalah tuhan. Dan masih banyak kelompok lainnya sesuai dengan ajaran-ajaran dan  pemikiran yang dianutnya.
4. Kelompok al-Yunusiyah
   Kelompok ini mengajarkan bahwa para malaikat itu membawa Tuhan. Menurut pemimpinnya, Yunus ibn Abdul al-Rahman al-Qaim, bahwa prnah diriwayatkan bahwa malaikat kadang-kadang bersuara dari kebesaran Allah ta’ala di atas arsy.
5. Kelompok al-Hisyamiyah
     Salah seorang pemimpinnya, Hisyam ibn Salim mengajarkan bahwa:
a. Tuhan itu seperti manusia
b. Atas-Nya dan bawah-Nya tertutup
c. Cahaya yang terang dan mempunyai indra
Pemimpin lainnya yaitu Hisyam ibn Hakam mengajarkn bahwa:
a. Allahitu mengetahui dengan sendirinya
b. Engetahui segala sesuatu setelah keadaannya terwujud
c. Dia adalah sifat yang tidak tersirat
d. Sama dengan jasmani apapun
e. Ali adalah Tuhan


PENUTUP

A. Kesimpulan 
 Syi’ah berarti orang-orang yang sebagiannya mengikuti sebagian yang lain. Syi’ah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan diadakannya tahkim antara kedua belah pihak. Menurut Harun Nasution, pada waktu perang tersebut tlah timbul tiga golongn politik, yaitu golongan Ali yang kemudian dikenal dengan nama Syi’ah, golongan yang keluar dari barisan Ali, yaitu kaum Khawarij, dan golongan Mu’awiyah.
  Adapun golongan Syi’ah yaitu Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah dua belas karena mereka mempunyai dua belas imam nyata dimulai dari Ali bin Abi Thalib dan berakhir pada Muhammad bin al-Mahdy al-Muntazar. Selain Syi’ah Imamiyh Itsana ‘Asyariyah, ada lagi Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ghulat.
B. Kritik dan Saran
Syukur Alhamdulillah, atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan mengharap ridha Allah SWT, semoga banyak orang yang dapat meraih manfaat dalam mengkaji dan mengamalkan ajaran-ajaran dari perintah Allah SWT yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia.
Setiap kebenaran pasti ada kesalahan. Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan. Saya sebagai penyusun makalah meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kesalahan dan ketidakjelasan, sehingga membuat para pembaca tidak memahaminya. Oleh karena itu saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang akan dijadikan acuan dan pembelajaran dalam penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

A.J. Wensinck, The Muslim Creed Its Genesis and Historical Development, (London: Frank Cass & Co., 1965
al-Ifriqy, Ibn Manzur. Lisan al’Arab. Beirut. Dar Shadir, tt., Vol. 8, hlm. 188 dalam Ris’an Rusli. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2005.
al-Kuliny, Abu Ja’far Muhammad bin Ya’kub bin Ishak. Al-Ushul min al-Kafy. Taheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. 1388.
Al-Qummi, Tafsir, ibnu Babuya, Ma’ani al-Akbar, dan al-Ayyashi, Tafsir,
Amin, Ahmad. Dluha al-Islam. Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah.
Amin, Ahmad. Fajr al-Islam. Kairo: al-Nahdlah. 1965.
al-Naubakhty, Hasan Ibn Musa. Firaq al-Syi’ah. Beirut: Dar al-Adlwa’. 1984.
Al-Syahrastani. al-Milal wa al-Nihal. Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi. 1967.
A. Nasir, Sahilun. Pemikiran Kalam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2012.
Burhanuddin, Nunu. Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan. Jakarta: Kencana. 2016.
Hodgson, M.G.S. “Ghulat”. The Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J. Brill. 1965. II. hlm. 1094 dalam Ris’an Rusli. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2005.
Gholib, Achmad. Teologi dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Khon, Abdul Majid.  Hadis Tarbawi; Hadis-hadis pendidikan. Jakarta: Kencana. 2012.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I. Jakarta: UI Press. 1984.
Nata, Abuddin.Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana. 2011.
Rusli, Ris’an. Teologi Islam; Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya. Jakarta: Kencana. 2015.
Shubhy, Ahmad Mahmud. Nazariyyah al-Imamah Lada al-Syi’ah al Itsna ‘Asyariyyah. Kairo: Dar al-Ma’arif. 1969.

Hari Kiamat

Posted by Vadianyourlife on 08.58 with No comments
HARI KIAMAT

Oleh:
Eva Dianidah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
  Hari kiamat, seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu rukun iman atau rukun iman yang kelima adalah yakin dan percaya pada hari kiamat (Yaumul akhir). Dimana pada hari akhir ini segala yang ada di bumi dan di langit akan hancur dan tidak tersisa, seluruh manusia akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya. 
    Setelah dibangkitkan, nantinya akan ada waktu untuk dikumpulkan di padang Mahsyar dan ditimbang seluruh amal baik maupun amal buruk seseorang. Hasil timbangan ini nantinya yang akan menentukan seseorang berada dimana, surga ataukah neraka. Kebahagiaan ataukah siksaan yang akan diterimanya. Inilah sebabnya manusia melakukan perbuatan di dunia dengan amal baik, karena kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah semu, sementara dan yang kekal adalah dunia akhirat. Hidup di dunia guna mengemban amanah dari Allah swt untuk menjalankan kekuasaan-Nya sebagai khalifah di muka bumi, menjalankan segala titah-perintahNya berdasarkan wahyu-Nya  yang telah disampaikan melalui Nabi-nabi/Rasul-rasulNya, dari Nabi Adam hingga Nabi terakhir, Nabi Muhammad saw (yang syaratnya hingga akhir zaman). Adapun para ulama membagi tanda-tanda kiamat menjadi dua, yaitu tanda-tanda kiamat kecil, dan yang kedua adalah tanda-tanda kiamat besar..
  Adapun di dalam makalah ini akan diterangkan mengenai hakikat hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat (kecil dan besar) beserta dalil keshahihannya, serta menjelaskan kehidupan setelah hari kiamat seperti alam Barzah, Husen, Mizan, Yaumul Jaza, Surga-Neraka, dan Akhirat. 


B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hari kiamat? 
2. Apa saja tanda-tanda datangnya hari kiamat (besar dan kecil)? 
3. Sebutkan dalil keshahihan datangnya hari kiamat. 
4. Bagaimana kehidupan manusia setelah hari kiamat (Alam Barzah, Mizan, Yaumul Jaza, Surga-Neraka, dan akhirat. 
C. Tujuan
1. Dapat mendefinisikan pengertian dari hari kiamat. 
2. Dapat menganalisa tanda-tanda datangnya hari kiamat (besar dan kecil). 
3. Dapat menyebutkan berbagai dalil shahih mengenai hari kiamat dan tanda-tandanya. 
4. Dapat menjelaskan kehidupan manusia setelah hari kiamat. 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hari Kiamat
   Secara etimologi, Hari kiamat terserap dari kosa kata bahasa Arab, qāma-yaqūmu-qiyāman yang berarti berdiri, berhenti, atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyamah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu dihidupkannya semua manusia setelah kematiannya. Hari kiamat (yaum al-qiyamah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur. 
  Sedangkan secara terminologi, Hari kiamat adalah hari yang tidak ada lagi hari setelah hari itu dan dinamakan hari kiamat karena merupakan fase terakhir dari empat fase yang dijalani oleh setiap manusia. Fase kehidupan manusia ada empat,
1. Fase didalam perut ibunya.
2. Fase di dunia.
3. Fase di alam barzakh (kubur), dan
4. Fase hari kiamat yang merupakan fase terakhir. 
  Sayyid Sabiq dalam al-‘Aqa’id al-Islamiyyah menjelaskan: “Hari kiamat adalah suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu, seluruh makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi dan langit yang ada sekarang”.
  Menurut Quraish Shihab dalam Perjalanan menuju Keabadian menjelaskan: ”Para ulama menjelaskan bahwa ada dua macam kiamat, kecil dan besar. Kiamat kecil adalah saat kematian orang perorang. Sedang kiamat besar adalah yang bermula dari kehancuran alam raya”. Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa kiamat diawali dengan tiupan terompet sebagai tanda kehancuran alam.
Dari beberapa rumusan tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Hari kiamat merupakan hari akhir kehidupan dunia.
2. Kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan hancurnya alam semesta.
3. Kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah.
4. Setelah semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan lainnya akan diganti dengan yang baru.
5. Kiamat merupakan awal kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan dunia. 
Adapun kepastian adanya hari kiamat tercantum dalam QS. Taha ayat 15-16, 
إِنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعٰى. فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى
"Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, hampir Aku hilangkan rahasianya, supaya tiap-tiap jiwa dibalas dengan apa yang ia usahakan. Oleh karena yang demikian, janganlah engkau dipulangkan daripada (mempercayainya), oleh orang-orang yang tidak percaya kepadanya serta menurut hawa nafsunya, maka dengan sebab itu, engkau akan binasa." (QS. Taaha: 15-16)
Hari kiamat juga memiliki berbagai nama (istilah) menurut para ulama dengan disertai dalilnya masing-masing. Nama-nama kiamat seperti As-Saa'ah sesuai dalam QS. Al-Qamar: 1, Al-Qiamah dalam QS. Al-Qiamah:1, Ad-Diin dalam QS. Al-Fatihah: 4, Al-Khuruuj dalam QS. Qaaf: 42, Al-'Aradh dalam QS. Al-Haaqah: 18, Al-Hasyr, An-Nusyur, Al-Bu'uts dan masih banyak lagi. Di dalam buku Abdul Baqi Ahmad Muhammad Salamah disebutkan bahwa nama-nama kiamat sebanyak 16 nama (istilah), ada pula ulama yang menyatakan bahwa nama-nama kiamat ada sekitar 300 nama. Penyebutan nama-nama kiamat ini memang berbeda, namun memiliki makna yang sama. Dimana hakikatnya kiamat adalah suatu waktu atau zaman akhir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan hanya Allah yang tahu kapan akan terjadinya. 
B. Menganalisis Dalil dan Tanda-Tanda Hari Kiamat
  Kiamat terjadi secara tiba-tiba dan manusia berada dalam keadaan lalai dan berpaling darinya. Firman Allah,
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ. 
“Telah semakin dekat kepada manusia hari menghisab amal mereka, sedang mereka dalam lalai (dengan dunia) lagi berpaling (dari akhirat).” (al-Anbiyaa`: 1).
Ini adalah peringatan dari Allah bahwa Kiamat sudah dekat dan akan datang, serta bahwasanya manusia masih berada dalam kelalaian terhadap hari Kiamat. Maksudnya mereka tidak melakukan amal perbuatan dan tidak mempersiapkan diri untuknya. Diantara tanda-tanda hari Kiamat adalah apa yang telah disampaikan oleh sahabat Hudzaifah bin Asiid, bahwa Rasulullah bersabda,
إِنَّ السَّاعَةَ لَا تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ, وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ, وَخَسْفٌ فِيْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ, وَالدُّخَانُ, وَالدَّجَالُ, وَدَابَّةِ الْأَرْضِ, وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ, وَطُلُوْعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا, وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ, وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ .e مَرْيَمَ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh tanda: (1) Penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) Penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) Pembenaran permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) Keluarnya asap, (5) Keluarnya Dajjal, (6) Keluarnya binatang besar, (7) Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) Terbitnya matahari dari barat, (9) Api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam.” 
  Hadits ini menjelaskan sepuluh tanda terbesar kiamat tanpa menjelaskan urutan terjadinya, sebab kata sambung wawu (dan) dalam hadits di atas tidak menunjukkan urutan.
Adapun para ulama membagi tanda-tanda kiamat menjadi dua, yaitu tanda-tanda kiamat kecil, dan yang kedua adalah tanda-tanda kiamat besar. Adapun salah satu dalil yang menyatakan tentang tanda-tanda kiamat kecil adalah sabda Rasulullah,
اُعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِيْ، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيْكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَامِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ اْلمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِيْنَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُوْنُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُوْنَ فَيَأْتُوْنَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِيْنَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ إِثْنَا عَشَرَ أَلْفًا. 
“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari kiamat: (1) wafat ku, (2) penaklukan Baitul Maqdis, (3) wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit qu'ash yang menyerang kambing, (4) melimpahnya harta hingga seseorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, (5) timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan (6) terjadinya perdamaian antara kalian dengan bani Asfar (bangsa Romawi), namun mereka melanggar nya dan menyayangi kalian dengan 80 (bendera) kelompok pasukan. Setiap (bendera) kelompok iya terdiri dari 12 ribu orang.” 
Juga sabda Rasulullah,
إنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، ويَظْهَرَ الزِّنَا.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah: diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya perzinaan.” 
Adapun tanda-tanda tentang kiamat besar adalah sabda Rasulullah, 
إِنَّ السَّاعَةَ لَا تَكُوْنُ حَتَّى تَكُوْنَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ, وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ, وَخَسْفٌ فِيْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ, وَالدُّخَانُ, وَالدَّجَالُ, وَدَابَّةِ الْأَرْضِ, وَيَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ, وَطُلُوْعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا, وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ, وَنُزُوْلُ عِيْسَى بْنِ .e مَرْيَمَ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh tanda: (1) Penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) Penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) Pembenaran permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) Keluarnya asap, (5) Keluarnya Dajjal, (6) Keluarnya binatang besar, (7) Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, (8) Terbitnya matahari dari barat, (9) Api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam.” 
Hadits ini menjelaskan sepuluh tanda terbesar kiamat tanpa menjelaskan urutan terjadinya, sebab kata sambung wawu (dan) dalam hadits di atas tidak menunjukkan urutan.
   Menurut Ibnu Hajar al-`Asqallani, dalam syarah Shahih Bukhari, menjelaskan, “Tanda-tanda kiamat itu ada yang menunjukkan dekatnya kiamat, dan ada yang menunjukkan terjadinya kiamat. Tanda yang masuk ke dalam kategori pertama adalah Dajjal, turunnya Isa al-Masiih, Ya’juuj dan Ma’juuj, serta gempa. Yang termasuk kategori kedua adalah asap, terbitnya matahari dari barat, keluarnya hewan melata, dan api yang menggiring manusia ke Mahsyar.”
    Pendapat atau penafsiran dari Ibnu Hajar al-`Asqalaani ini, menurut Manshur Abdul Hakim, adalah yang paling dekat dengan kebenaran, sebab hadis-hadis nabi -yang menyebutkan tanda besar yang pertama kali terjadi adalah terbitnya matahari dari barat, lalu keluarnya binatang melata- menunjukkan bahwa yang dimaksud disana adalah saat kiamat sedang terjadi. 
C. Kehidupan Setelah Kiamat (Barzakh, Hisab, Mizan, Yaumul Jaza’, Surga, dan Neraka, serta Akhirat)
1. Alam Barzakh
    Allah dan Rasul-Nya sering menyebutkan mengenai iman kepada Allah dan hari akhir, hal ini menunjukkan pentingnya beriman kepada hari akhir. Beriman kepada Allah swt berarti beriman kepada permulaan dan beriman kepada tempat kembali. Orang yang tidak beriman kepada hari akhir berarti dia tidak beriman kepada tempat kembali. Orang yang tidak beriman kepada hari akhir berarti ia tidak beriman kepada Allah. 
  Mengapa disebut sebagai hari Akhir? Karena tidak ada hari lagi setelahnya dan itulah akhir perjalanan hidup manusia.Ketika mayit telah dikuburkan (berada di alam barzah), berdasarkan hadits Rasulullah pernah bersabda:
“Suara sandal-sepatu (terompah) kaki orang-orang yang mengantarkan, terdengar oleh ruh si mayit yang dikuburkan itu.”
   Tujuh langkah orang yang meninggalkan (mengantar) dari tempat kubur, maka dikembalikan ruh mayit kedalam jasadnya, tapi sudah jelas pengembalian ruh-nyawa-jiwa itu ke dalam jasad tidak sempurna semasa hidupnya, hanya sekedar sepanjang yang dikehendaki oleh Allah swt salam rangka akan menghadapi fitnah kubur (pertanyaan-pertanyaan kubur) atau sebagai proses verbal -  pemeriksaan pendahuluan, untuk memasuki 'alam Barzakh taraf pertama dari manazil akhirat. 
   Menurut Ahlus Sunnah yang meyakini tentang adanya Fitnah Kubur, yaitu adanya pertanyaan yang diajukan kepada mayit oleh dua malaikat yang bernama Munkar dan Nakir. 
2. Yaumul Hisab
   Hisab secara bahasa (etimologi) adalah perhitungan. Sedangkan secara syar'i (terminologi) adalah Allah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal-amal mereka.  Sebagaimana dalam firman Allah swt:
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَّابَهُمْ، ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ.
“Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.” (Al-Ghasiyah: 25-26).
Bahkan di dalam shalatnya, Rasulullah saw sering berdoa:
اَللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيْرًا.
“Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah."
   Orang-orang kafir, mereka itu tidak dihisab sebagaimana dihisabnya orang yang dihitung kebaikan dan kejelekan nya, karena sesungguhnya. mereka itu (yaitu orang-orang kafir)  tidak ada kebaikannya. Akan tetapi, amal-amal mereka dihitung, lalu dibiarkan begitu saja dan mereka diazab dengan sebab amalannya itu.” 
Pada hari kiamat, seluruh amalan baik orang kafir akan dijadikan seperti debu-debu yang beterbangan atau seperti fatamorgana dan tidak ada nilainya di sisi Allah swt. Sesuai dalam Firman Allah swt :
وَقَدِمْنَاإِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاءً مَّنْثُورًا.
“Dan Kami akan perlihatkan  segala amal yang mereka kerjakan, lalu akan Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Al-Furqon : 23).
3. Mizan
    Secara bahasa (etimologi)  mizan adalah sebuah alat (neraca) untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Sedangkan secara istilah (terminologi), mizan adalah sesuatu yang Allah Ta'ala letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ijma' Salaf.   Penjelasan mengenai Yaumul mizan ini terdapat dalam firman Allah yaitu surat al-Isra' ayat 13-14.
Dan sabda Rasulullah mengenai Yaumul mizan adalah:
کَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقْلَتَانِ فِيْ الْمِيْزَانِ،  حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ.
“Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, berarti dalam timbangan (pada hari kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih): 'subhanallah wa bilhamdihi, subhanallahil' adzim.” 
   Mizan yang hakiki memiliki dua daun timbangan. Hal ini berdasarkan hadits shahih, diantaranya adalah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash tentang hadits pemilik Bithaqah (kartu), bahwa Rasulullah bersabda:
“Lalu catatan-catatan (amal) itu diletakkan di salah satu sisi daun Neraca dan Bithaqah di daun Neraca lainnya, maka catatan-catatan itu melayang dan Bithaqah yang lebih berat, maka tidak ada sesuatu yang lebih berat dibandingkan Nama Allah.” 
4. Yaumul Jaza’
    Secara bahasa, Yaumul Jaza adalah hari pembalasan seluruh amal perbuatan manusia. Balasan yang akan diberikan Allah sangat tergantung pada jenis amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya untuk mengimani adanya Hari Pembalasan .
   Sedangkan secara istilah, Yaumul Jaza adalah hari dimana seluruh umat manusia mendapatkan balasan atas perbuatannya di dunia. Balasan yang akan diperoleh manusia tergantung dari amalan yang sudah dikumpulkan di dunia. 
    Dalil tentang pengertian Yaumul Jaza di atas, telah dijelaskan oleh Allah. Dalam surat al-Mu’min ayat 17.
“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya.”
5. Surga dan Neraka
    Sesungguhnya Surga dan Neraka sudah diciptakan oleh Allah. Keduanya adalah makhluk yang kekal abadi dan tidak akan pernah binasa. Surga disediakan bagi wali-wali Allah yang bertaqwa sedangkan Neraka adalah hukuman bagi orang yang bermaksiat kepada-Nya kecuali yang mendapatkan rahmat-Nya. Kenikmatan Surga tidak dapat dibayangkan oleh manusia, begitu pula siksa Neraka merupakan siksa yang besar, sangat dahsyat dan sangat mengerikan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk Allah yang sudah diciptakan. 
   Ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi banyak menjelaskan bahwa Surga telah di sediakan untuk orang-orang yang bertakwa dan Neraka juga telah disediakan untuk orang-orang yang kafir. Ini menunjukkan bahwa Surga dan Neraka sudah diciptakan. Mengenai Surga, Allah Ta’ala berfirman,
وَسَارَعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali-‘Imran: 133).
Dan mengenai Neraka, Allah Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوْ النَّارَ الَّتِى أَعَدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ.
“Dan perilahalah dirimu dari api Neraka, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Ali-‘Imran: 131).
6. Akhirat
   Akhirat adalah sebuah istilah untuk mengistilahkan kehidupan alam yang kekal setelah kematian. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam al-Qur’an. Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang harus dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya adalah kehidupan dunia itu adalah medan persinggahan sementara dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan bukan sebagai tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Allah berfirman,
“Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64).
Allah juga berfirman dalam ayat yang lain,
“Wahai Kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Ghafir: 39).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
    Hari kiamat adalah hari yang tidak ada lagi hari setelah hari itu dan dinamakan hari kiamat karena merupakan fase terakhir dari empat fase yang dijalani oleh setiap manusia. Kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di dunia musnah.
   Menurut Ibnu Hajar al-`Asqallani, dalam syarah Shahih Bukhari, menjelaskan, “Tanda-tanda kiamat itu ada yang menunjukkan dekatnya kiamat, dan ada yang menunjukkan terjadinya kiamat. Tanda yang masuk ke dalam kategori pertama adalah Dajjal, turunnya Isa al-Masiih, Ya’juuj dan Ma’juuj, serta gempa. Yang termasuk kategori kedua adalah asap, terbitnya matahari dari barat, keluarnya hewan melata, dan api yang menggiring manusia ke Mahsyar.”
    Pendapat atau penafsiran dari Ibnu Hajar al-`Asqalaani ini, menurut Manshur Abdul Hakim, adalah yang paling dekat dengan kebenaran, sebab hadis-hadis nabi -yang menyebutkan tanda besar yang pertama kali terjadi adalah terbitnya matahari dari barat, lalu keluarnya binatang melata- menunjukkan bahwa yang dimaksud disana adalah saat kiamat sedang terjadi.
Adapun kehidupan setelah kiamat adalah sebagai berikut:
1. Alam Barzakh
2. Hisab
3. Mizan 
4. Yaumul jaza’
5. Surga dan Neraka
6. Akhirat




DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya.
al-Barbahari, Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf. Tahqiq: Dr. Khalid Qasim. 2003. Syarhus Sunnah. Kairo: Dar al-Atsar.
al-Bukhari, Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il. Tanpa Tahun. Shahih Bukhari. Kairo: Dar al-Hadits.
al-Fauzan, Shalih bin Abdillah. 2015. Kitab Tauhid. Jakarta: Darul Haq.
al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. 2015. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2015. Syarah Riyadhus Shalihin. Jakarta: Darus Sunnah.
al-Qazuni, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah. Tanpa Tahun. Sunan Ibnu Majah. Mesir. Dar al-Quds.
an-Naisaburi, Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi. Tanpa Tahun. Shahih Muslim. Kairo: Dar al-Hadits.
At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Saurah. Tanpa Tahun. Jami’ At-Tirmidzi. Kairo. Dar al-Quds.
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. 2011. Kiamat dalam Perspektif  al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an.
Hakim, Manshur Abdul. 2006. Kiamat. Jakarta: Gema Insani Press.
Hanbal, Ahmad bin Muhammad. 2015. Musnad Imam Ahmad. Tahqiq: Syeikh Abdul Qadir al-Arna’ut dan Syeikh Syu’aib al-Arna’ut. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2015. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i
Sani, Abdullah.1974. Mahkamah Yaumil-Akhirat: Digali dari Al-Qur'an. Jakarta: Bulan Bintang.

Minggu, 01 Januari 2017

Matematika itu Menarik looh

Posted by Vadianyourlife on 08.20 with 4 comments
Matematika itu Menarik 

Kawan, tahukah kamu bahwasanya matematika itu sejak dahulu memang sudah menjadi suatu ilmu yang menarik. Tetapi ilmu matematika juga tak jarang orang yang membencinya, kenapa? Karena ilmu matematika itu adalah ilmu pasti. Dan ilmu yang pasti itu kebanyakan orang jikalau sudah tak bisa menemukan jawaban yang benarnya, ia akan merasa jenuh, jengkel, stres, galau, gegana, gundah gulana serasa bumi akan runtuh. Agak berlebihan mungkin, tetapi itulah beberapa rasa yang pernah ku alami saat mengerjakan soal matematika. 
Namun hey kawan, kamu pun pasti akan merasakan bagaimana bahagianya jikalau kamu bisa menemukan jawaban yang tepat dan benar atas pertanyaan-pertanyaan rumit dari matematika, yaa terkadang walaupun cara yang dibuat itu tidaklah sama dengan contoh, atau bisa dibilang kita yang mencari dan menemukan sendiri rumus nya. Wah, udah kaya Profesor ini mah. Tapi, inilah faktanya.
Seorang sahabat, Ziaratul Fadhilah namanya, dia pernah berkata: "Orang-orang yang hidupnya di dunia matematika itu hebat yah. Keliatan dari mukanya. Muka-muka rumus. Waaahh". Haha, memang benar aku akui pernyataan sahabatku yang satu ini, tak bisa dipungkiri, memang ungkapan itu cocok sekali teruntuk orang-orang ahli dibidang matematika. Luar biasa!
Ada sebuah soal matematika dari zaman kuno, ku catat sejak awal masuk kuliah, entah mengapa ingin rasanya berbagi pada kalian, hey kawanku. Karena menurutku, soal ini rumit bagi orang-orang seperti ku, yang tak bisa berkedip melihat soal angka-angka yang panjang dan njelimet (bhsa Jawa) atau biasa disebut rumit tak terhingga. Berikut pertanyaannya:


"Gadis cantik bermata cemerlang, beritahukan ku, seperti yg tlah kmu ketahui, cara tepat dari berhitung mundur. Bilangan manakah, bila dikalikan tiga, kemudian ditambahkan dengan 3/4 hasil kalinya, kemudian dibagi 7, dikurangi 1/3 dari hasil bagi itu, dikalikan dengan nilainya sendiri, dikurangi 52, dicabut akar duanya, ditambah 8, dan di bagi 10, menjadi 2?. "

#Soal dari Aryabhata tentang Matematika  dan Astronomi Hindu.

Bagi kalian yang jago matematika, mungkin bisa mencoba menjawabnya. Dijamin bikin gegana gundah gulana. 😂 Selamat mencoba 😉

Tegal, 01 Januari 2017
23.00 WIB

By Eva Dianidah 🍀